Istilah yang digunakan Bambang Pacul terlalu kasar. Pemilihan yang tidak mencerminkan kebiasaan PDI-P selama ini. Tidak suka ya silakan, tetapi kan ada pilihan lain yang lebih baik. Ketika ia mengatakan celeng pada pendukung Ganjar, apa mau ia dikatakan kutu busuk misalnya karena ia mengusung Puan.
Apa yang menjadi dasar adalah pernyataa ketua umum, Megawati yang mengatakan, siapa yang diusung partai banteng itu keputusan ketua umum, dan sampai saat ini belum ada pilihan itu. Puan dan Ganjar itu sama dalam partai. Megawati ibu kandung Puan itu secara biologis, kepartaian tidak ada sangkut pautnya dengan anak dan orang tua.
Bambang Pacul sama celengnya sebenarnya jika mau jujur dan sportif dalam alam demokrasi. Mau anak atau mak, atau kakek, status kan sama dalam partai. Ketua umum, pengurus, atau kader saja.
Selain tidak elok dengan mengatakan kader lain sebagai celeng, padahal kalau mau demokratis ia juga celeng yang sama. Aneh dan lucu kalau ia mengaku banteng sedang pihak lain harus celeng,
Ketua umum yang diberi mandat kongres masih belum memberikan keputusan. Padahal Ganjar sudah "road show" Â dengan cukup gemilang, sejak pilkada dan terakhir Papua. Susah meliht langkahnya ini di luar kendali penguasa banteng. Mengapa?
Ganjar berkali ulang menegaskan ia adalah kader banteng moncong putih, tidak pernah tidak. Berbeda dengan pilihan Bibit Waluyo dahulu kala. Itu pilihan dan kondisi berdemokrasi bangsa ini memang masih demikian. Pejabat  publik masih lekat pada partai, padahal jauh lebih tepat ala Bibit Waluyo, di mana ia mengaku bukan lagi  "milik" partai.
Sambutan untuk Gajar jauh lebih tinggi dari apa yang Puan terima, Anies, atau Ridwan Kamil  dalam satu frame yang sama. Bonek, simbol Jawa Timur banget saja mengelu-elukan Ganjar. Pemain politik, sekaliber Bambang Pacul atau Mega pasti paham, bagaimana Jawa Timur adalah lumbung suara nasional.  Terutama untuk banteng dan PDI-P. Susah untuk berharap pada Jawa Barat.
Jawa Tengah sudah hampir pasti mengarah pada Ganjar. Jawa Timur hanya tinggal memoles, artinya, dua kantong terbesar sudah ada di tangan. Makin dekatnya gelaran dan mengerucutnya calon akan membuat daerah-daerah gemuk pasti akan digarap dengan super serius.
"Perselisihan celeng-banteng" ini malah makin membuat Ganjar lebih populer lagi. Pada sisi lain Puan malah mendapatkan citra yang jelek, pas momen panas dengan Ganjar, tiba-tiba balihonya menyebar di mana-mana. Momennya salah, tidak menjadi populer namun malah tercitrakan secara buruk.
Mesin partai banteng moncong putih itu sangat loyal. Jadi susah melihat kudeta celeng ala Bambang Pacul ini. Jangan-jangan  malah Bambang Pacul menjadi alat tanpa ia sadari. Lihat saja nama ganjar malah makin melejit.
Relawan satu demi satu mulau lahir dan menyatakan diri dengan penuh keyakinan. Mengapa demikian?