Begitu banyak cara kampanye dan membrandingkan diri dengan jauh lebih elegan dan keren. Salah satunya berani bertarung di pengadilan secara ksatria. Tidak usah ribut-ribut, malah menyerang sana-sini. Publik malah bingung, lha kalau benar, mengapa perlu repot-repot menuding hukum bisa dibeli segala.
Kebesaran seorang pemimpin itu ketika bisa memenangkan peperangan tanpa banyak korban. Mau pihak sendiri pun pihak lawan. Martabatnya gede. Â Bagaimana mau menjadi pemimpin, ketika harus bertempur sudah merasa menang tapi tidak ngapa-ngapain. Malah fokus pada peralatan pihak lawan. Kan aneh.
Fokuslah pada kemampuan, kekuatan, dan keadaan diri. Mau lawan seperti apa, atau lawan menggunakan apapun itu tidak lagi menjadi penting. Ada masalah di dalam diri Demokrat, sehingga gagal fokus mau apa.
Salah-salah malah menembak diri sendiri. Ibas dengan konsep mangkraknya, bukan mendongkrak ketenaran, hanya pembicaraan mencibir yang tidak berdampak. Ingat politik cemar asal tenar itu sudah banyak yang menggunakan, dan juga banyak yang gagal.
Drama ala Demokrat masih akan panjang. Ujung-ujungnya juga masih sama saja, tidak banyak berdampak bagi masyarakat dan negara. Tetapi asyik juga dari pada fokus pada pandemi yang membuat ngeri.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H