Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cucu Nyi Roro Kidul, Irrasionalitas Politikus, Termasuk Asal Uang?

7 Oktober 2021   14:50 Diperbarui: 7 Oktober 2021   14:55 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pakh itu akan terjadi? Penyelidikan dan pengusutan? Tidak akan. Pesimis duluanlah. Toh masih banyak yang masuk dalam fakta persidangan saja tidak diupayakan lanjut, apalagi hanya sebuh peristiwa seperti ini.

Bisa dipahami, bagaimana mutu, kualitas dari hasil produk dewan, ketika pola pikirnya saja seperti ini. sol kleniknya, ya sudahlah, mau apa lagi. Toh fenomena itu sangat kuat menghinggapi pemikiran masyarakat kita. Menggunakan cekelan, keris, jimat, atau yang lainnya masih menguasai benak bangsa ini.

Tetapi, ketakutan KPK, ini sudah payah deh. Pantas saja kinerjanya sangat buruk. Lihat saja itu mana ada produk UU yang inisiatif dari dewan, lebih banyak dari eksekutif. Kemudian karena merasa tinggi hati, akhirnya ngasal sok kritis padahal sering tidak tahu pokok masalah.

Mutu dewan memang payah. Negara harus nombok dengan memberikan beaya bagi mereka dengan adanya staf ahli. Ini sudah sepantasnya mereka yang membayar, karena mereka yang butuh dan tidak profesional.

Susah akan maju, karena ternyata mutunya sangat rendah seperti ini. bayangkan ketakutan pada hal yang  tidak cukup beralasan. Bagaimana sikap partai politik pengusungnya coba jika seperti ini. paling juga diam saja.

ATM partai politik. Publik juga paham, bagaimana kinerja parpol negara ini. Mereka hidup dari saweran kader yang menjabat. Nah, kadang demi bisa memberikan lebih pada partai dan demi naik taraf sangat mungkin mereka mengumpulkan uang dengan maling anggaran, menerima suap, dan seterusnya.

Pantas saja desas-desus kalau UU atau minimal ayat dan pasalnya ada yang bisa pesan. Sering terdengar kan, tiba-tiba muncu kalimat aneh atau malah hilang dalam sebuah pembicaraan.  

Apa yang terjadi makin membuka mata, persoalan politik dan partai politik itu sangat komplek, beigtu banyak masalah, dan kadang dianggap biasa-biasa saja. Tidak sebuah masalah, hal yang lumrah. Kesalahan yang sudah dianggap benar.

Bagaimana mau menuntut kerja bener, ketika hidupnya saja penuh ketakutan seperti itu. Mudah dikelabui, tidak rasional, dan maaf seolah tidak berpendidikan. Membayangkan bagaimana mereka memikirkan negara dan rakyat, jika sesederhana itu saja tidak mampu bersikap kritis.

Jabatan itu kan kepercayaan, dipertahankan ya dengan kinerja, bukan malah seperti ini. upaya dan usaha itu baik, namun yang berdasar juga, tidak ngasal seperti ini. Penipuan  hampir saban hari lewat via pesan singkat, eh masih juga ada yang kemakan, levelnya anggota dewan pula.

Bangsa ini memang masih jauh dari melek dalam hal-hal yang logis. Justru seolah sangat menutup mta untuk bisa terbuka dengan keadaan seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun