Bagaimana Panglima TNI yang baru mampu meminimalisasi keadaan ini. Hal yang  sangat sulit karena keberadaan mereka yang sangat cair. Bisa menjadi apa saja dan di mana saja.
Korupsi ini juga maslaah klasik negara ini. Desas-desus soal seleksi menjadi anggota TNI dengan menyuap dan sebagainya itu sangat nyaring, tetapi tetap saja susah dibuktikan, karena sama-sama tahu. Yang tidak terima mana bukti pembayaran. Apalagi yang diterima, meskipun belum tentu karena uangnya, toh sama saja, ke mana uang itu.
Berkaitan dengan itu akhirnya juga profesionalitas militer bisa menjadi taruhan. Kinerja buruk, korup karena mencari kembalian modal.
Lebih lanjut adalah alutsista. Jika perilaku korup masih saja kuat, bahaya dong alutsista, baik pembelian atau perawatan uangnya bisa diambil. Kadang ini urusannya dengan nyawa. Ingat kapal selam yang baru saja patroli abadi.
Belum lagi mengenai ketahanan dari geopolitik global yang makin tidak mudah. Jangan sampai gagap apalagi malah salah menilai situasi.
Isu dalam negeri terutama netralitas, afilasi politik dan ideologi juga penting. Bagaimana panglima bisa meminimalisasi friksi yang ada di tubuh TNI, tidak semata matra saja, namun juga ideolog.
Siapapun  yang menjadi Panglima TNI adalah prajurit yang terbaik untuk TNI. Perjalanan panjang mereka telah teruji.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H