Kesembilan, melihat narasi yang ada kog itu-itu saja, kek iklan minuman ringan, salawi, salahnya Jokowi, bisa ditengarai mereka lagi mereka lagi. Siapa lagi. Â Politikus masa lalu dan politikus enggan kerja keras. Pemilu tidak bisa bicara, namun di tengah-tengah teriak ganti.
Gertakan anak kemarin sore yang belum pengalaman, makan asam garam yang minim, membuat mereka cenderung emosional, dangkal dalam memilah dan memilih. Tidak cukup yakin mampu menggerakan massa dan melumpuhkan Jakarta.
Aksi yang sudah berkali ulang gagal kog, dari pemain yang berbeda. Ujungnya sih sama, lagi-lagi iklan teh botol. Tim horenya juga itu-itu saja, partai politik yang sama, barisan oposan yang kehilangan jabatan, atau karena sakit hati.
Simpulannya juga sama, tidak banyak berdampak, selain gaduh dan ribut. Bantulah sedikit susahnya dunia ini dengan bersikap normal, tidak aeng-aeng.Â
Demo dan mengeluarkan pendapat itu sah dan baik-baik saja, namun juga ditimbang-timbang apakah benar-benar penting dan mendesak, atau karena kepentingan pihak-pihak tertentu dengan memanfaatkan pihak lain.
Rekam jejak juga sudah mudah ditebak mana lebih tepat di dalam jalur. Mahasiswa lain juga tidak bergerak, toh lembaga ini, juga beberapa kali cenderung sekadar oposan bukan aksi mahasiswa yang sebenarnya.
Terima kasih dan salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI