Jika Golkar bisa, mengapa Demokrat tidak bisa? Salahnya adalah, Demokrat emosional, ingin cepet-cepet naik lagi. Padahal pemainnya sama-sama bekas masa lalu yang masih semua ingat reputasinya. Ini masalah yang kudu diurus terlebih dahulu.
Belajar dari PDI-P yang setia di luar pemerintahan selama SBY. Jarang terlontar sikap waton sulaya dan ngasal kala mengritisi SBY. Ini berbeda dengan kini.
Salah pergaulan. Â Mereka dekat-dekat dengan orang yang bawaanya adalah sakit hati, kebencian, dan asal beda dengan pemerintah. Lagi-lagi keliru yang besar dan dampaknya gede.
Kursi kekuasaan itu bukan segalanya bagi partai politik pada hakikatnya. Â Kursi itu bonus, hasil atas kerja keras dan kerja cerdas. Nah, ketika hasil, tujuan, dan bonus kog malah menjadi yang utama, berarti perlu dipertanyakan. Tidak ada yang instan di dunia ini, kecuali mie dan makanan lainnya.
Terima kasih dan salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI