Usai turun kekuasaan, Demokrat kehilangan roh. Hal ini sejatinya diawali dengan porak porandanya bangunan dalam partai karena skandal demi skandal korupsi. Susah melepaskan gambaran partai korup ini. wajar, ketika tidak lagi memiliki tokoh yang sebesar Jokowi-Prabowo, mereka dua kali hanya menjadi penggembira.
Turun kelas sebagaimana PN, PKB, P3, dan lain-lain. Karena  mereka pernah merasakan enaknya di atas. Sikapnya tentu lain. Sangat wajar.
Demokrat yang baru, kini malah makin aneh dan lucu, ketika lebih banyak curhat, curcol, mengeluh, dan PPS. Menunjukkan prestasi yang sejatinya semua orang juga paham. Sayangnya, mereka salah di dalam menampilkan diri.
Lebih suka merusak reputasi pihak lain. Jadi, mengaku rumahnya paling bersih, dengan membuang sampah hasil bebersih ke rumah tetangga. Ini kekanak-kanakan. Jauh lebih elok ya nyatakan prestasi mereka itu apa.
Rela atau tidak, toh capaian Demokrat juga banyak. Jangan malah ikut narasi pihak rival yang fokus pada katakan tidak dan kegagalan membangun Hambalang. Ini genderang yang memang tercipta sebagai sarana menjatuhkan. Sayang, bahwa kader mereka malah ikut genderang itu dengan menari dengan cara yang sama.
Bangun citra AHY yang layak menjadi pemimpin masa depan. Jual kemudaan AHY. Ini menang banyak dari semua partai yang ada. Ini kekuatan, sayang bahwa selama ini malah tenggelam karena cara mencitrakan diri yang keliru.
Menanggapi fenomena yang ada dengan cerdas, dingin, bukan reaktif. Ini jauh lebih penting, berdampak, dan memberikan angin segar. Oh iya, ada yang baru, menjanjikan, dan harapan masa depan.
Demokrat menjadi penerang di dalam kegelapan., kata Ibas. Ini sebuah harapan, doa, dan keinginan yang baik. Namun, bagaimana masa lalu, masa kini, dan teropong ke depan Demokrat itu, apakah sudah sejalan dengan itu, atau malah sebaliknya?
Belajar dari Golkar. Sekarang ini, Golkar sama sekali tidak pernah diingat, dikaitkan dengan Soeharto dan kegelapan masa lalu Golkar. Jauh lebih pekat dari apa yang Demokrat lakukan. mengapa Golkar bisaseolah putih? Ini kecerdasan kader dan elit Golkar.
Kala Ical mau membawa Golkar ke era keemasaan Soeharto dan gagal, cepat-cepat berbalik arah dan menjadi Golkar benar-benar baru. Hanya era Ical yang menggunakan Orba dan Soeharto  sebagai bahan, dan itu adalah bumerang.
Nah, Demokrat bisa menjual masa  lalu, era SBY dan tidak perlu dengan sematan merendahkan yang sekarang. Ini kesalahan fatal dan vital. Hentikan. Banggakan, bangun, dan besarkan citra milik sendiri. Ada tol Bali yang fenomenal. Ada Suramadu, mengapa malah menyalahkan pembangunan dan kemudian dibalas dengan Hambalang.