Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Seabad Jenderal Besar Soeharto, Macan Asia dan Hutang Menangis

9 Juni 2021   15:07 Diperbarui: 9 Juni 2021   15:13 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konteks berbeda era zaman bapaknya Titik dan yang saat ini. Kondisi global berbeda.  Bagaimana keadaan sudah jauh berubah. Namun kelihatannya Mbak Titik masih hidup pada masa keemasan sang ayah. Itu sah-sah saja.

Pembangunan. Ini dengan mata telanjang juga paham kog. Bagaimana dan seperti apa pembangunan yang ada. Cek saja di google bagaimana panjang jalan tol. Ini hanya sebagian kecil dan sangat tidak mendasar. Belum lagi bicara  mengenai FPI atau tambang-tambang yang lain.

Nilai hutang saat ini, Peter F Gonta, orang yang sudah malang melintang dalam bisnis sejak era Soeharto, adalah akumulasi hutang Hindia Belanda, Sukarno, Soeharto, Mega, Gus Dur, SBY, dan Jokowi. Masing-masing besar hutang dan membayar tagihan ada.  Apa yang diperbuat Jokowi dan Soeharto juga sangat gamblang terlibat.

Apakah Tutut dan Titik tidak tahu? Ah tidak mungkin, mereka juga pernah jadi  menteri, anggota dewan, jadi pasti tahu dengan baik soal hutang. Orang biasa saja paham kog, namun mereka hanya sedang menarasikan bapaknya orang  baik dan pemerintahan kini orang gagal. Mereka harusnya bersyukur, anak-anak  Sukarno tidak balas dendam.

Ingat, Sukarno, bahkan hanya membicarakan saja bisa berabe hidupnya. Bisa dibayangkan kehidupan anak-anak dan keluarganya.  Orang yang lahir sebelum 85-an, akan tahu dan paham, bagaimana berbicara soal Sukarno apalagi membaca buku, mendiskusikan ajarannya adalah kiamat. Ini menjawab soal pernyataan kedua puteri itu sekaligus.

Apalagi jika merujuk pernyataan Anies Baswedan, yang mengatakan Soeharto bapak yang melindungi. Siapa yang dilindungi? Silakan terjemahkan dan artikan sendiri dan maknanya. Ini hanya membahas Soeharto di mata anak-anaknya, diperbandingkan dengan kondisi saat ini. Pihak lain yang ikut terlibat itu bukan inti tulisan ini.

Keterbatasan kemampuan, tentu pada paham bagaimana kehidupan putera-puteri Soeharto di dalam hidupnya. Mereka bukan pejuang dan hanya tinggal menikmati hasil. Orang-orang demikian, susah memaknai proses dan perjuangan. Apa yang mereka lihat semata adalah baik dan pihak yang berseberangan salah dan buruk.

Pihak lain menjadi korban mana mereka peduli.  Coba saja mereka berusaha sendiri, tanpa ada bantuan siapa-siapa, bisa tidak menjadikan bisnis mereka menggurita?  Soal bisnis dan gurita mereka.

Pendidikan mereka juga tidak ada yang tuntas. Ingat, bukan bicara soal pendidikan, namun keberanian berproses sama dengan rakyat biasa. Fasilitas yang membuat mereka lebih dan berbeda. Wajar mereka menglaim macan, bapaknya hebat, karena mereka tidak tahu di luar  istana emas mereka itu seperti apa.

Apakah ada artinya pernyataan itu? Tidak, sekadar hanya pernyataan menghibur diri melihat masa depan yang sulit menanti.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun