Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Israel-Palestina, Gajah Berkelahi, Pelanduk Mati

22 Mei 2021   14:35 Diperbarui: 22 Mei 2021   14:49 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Israel-Palestina, Gajah Berkelahi, Pelanduk Mati

Cukup mengherankan dengan perilaku Israel-Palestina ini. Keknya emang mereka ini berdarah panas laiknya anak baru gede. Ada orang melihat saja dikatain melotot dan senggol bacok. Siapa salah siapa benar tidak lagi menjadi perhatian. Sama-sama nyolotlah.

Sikap menang-kalah masih sama kuat. Saling meniadakan dan saling menguasai, satu lebih dari yang lain.  Nah, mereka yang bertikai dengan entah apapun alasan dan motivasinya, mengapa kita ikutan repot malah juga bertikai tanpa ujung dan pangkal.

Mau agama, mau politik, mau identitas, mau tanah, kan mereka yang tahu dengan lebih  pasti mengenai persoalan itu. Lha di sini masih saja ribut, padahal kedua kubu sudah sepakat untuk gencatan senjata.

Masih ada beberapa persoalan di sini yang cukup mengganjal hidup bersama sebagai bangsa.

Pertama, mengenai dua anak muda yang sempat dikeluarkan dari sekolah dan satu yang menjadi tahanan dengan pasal yang hendak digunakan UU ITE. Ingat, bukan soal membela hinaan atau cacian, atau mencari pembenar dengan menautkan tindakan pihak lain. Tidak sama sekali.

Mengapa menjadi masalah. mengenai siswi yang dikeluarkan ini memangnya akan semudah membalikan baju yang kebalik ketika ia masuk sekolah lagi? Cek saja persoalan seragam sekolah di Padang yang lalu. SKB  menteri saja mentah dan mental, apalagi di lapangan.

Membayangkan keadaan anak ini juga tidak lebih mudah saya kira. Semoga bayangan saya salah. Begitu bayak "kesalahan" dan kesilapan pelajar lain kog, mengapa yang ini langsung begitu reaktif dan vonis demikian cepat.

Perlu dilihat lebih jauh, justru ada apa dengan guru, sekolah, dinas, dan yang terjait. Jangan-jangan dunia pendidikan pun sudah demikian cemar oleh perilaku ideologis di luar Pancasila.

Apalagi, ada juga pernyataan yang mengatakan, jangan hina Palestina. Lha mengapa tidak mengatakan jangan suka menghina, mau Palestina, Arab, China, atau Etiopia sekalipun. Nah, lagi dan lagi, apakah sudah sama perlakukan hukum pada penghina-penghina yang lain? Tuh lihat berseliweran di media sosial dan media percakapan, orang menyablon bendera Israel dan dipakai untuk demo kemudian membakarnya. Apakah ini bukan menghina negara lain juga?

Mengapa begitu reaktif pada dua anak muda, apakah dampak yang mereka bisa perbuat itu luar biasa, menggoyang stabilitas nasional? Bandingkan saja apa yang dilakukan elit negeri, mau yang pada jalur partai politik atau atas nama agama.  Dampak ucapan mereka saya kira lebih sangat mungkin lebih gede lagi, dari pada kedua anak muda itu.

Poin kedua, persoalan bangsa ini tidak kalah mendesaknya, dari persoalan yang ada di Timur Tengah sana. Tentu bukan dalam arti mengabaikan persoalan bangsa lain, tetapi mbok yao yang relevan, pada proporsi, dan juga yang rasional.

Bagaimana pertanggungjawaban keuangan donasi yang sudah beredar dan terkumpul. Jangan dianggap sepele lho, ini soal yang mendasar dan sikap bertanggung jawab yang memang minim. Tidak usah bicara Poso, Papua, apalagi Gaza, tetapi bagaimana bersikap tanggung jawab, setia akan konsensus, dan ini sangat mendasar.

Jika kebiasaan bertanggung jawab, konsensus, dan taat azas sudah menjadi kebiasaan, tabiat, dan budaya bersama, yakinlah korupsi juga tidak menjadi persoalan yang berlarut-larut.

Boleh-boleh saja empati, simpati, dan peduli pada bangsa dan negara lain, tetapi apa iya dengan melupakan negara sendiri dan negara lain yang tidak kalah buruknya? Ini lalgi-lagi persoalan.

Jangan sampai malah kebaikan hati bangsa ini dimanfaatkan pihak-pihak yang memang hendak memanfaatkan momentum apapun yang ada. Lihat saja aksi, gerakan, dan aneka narasi yang ada, masalh sangat mungkin bisa membahayakan ketahanan negara.

Di sana, sudah sepakat untuk gencatan senjata, eh di sini malah masih gontok-gontokan, berebut hal yang tidak semestinya. Sama juga dengan memperebukan tulang kosong.

Bersikap adil sejak dalam pikiran, masih perlu diperjuangkan. Jangan bicara toh manusia banyak kelemahan. Lha biasanya menuntut pihak lain sempurna. Tuntutlah dulu diri sendiri.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun