Lihat saja kebanyakan keakuan yang penting. Aku lebih, harus mendapatkan prioritas, hak khusus, dan orang lain mana duli.
Kisah Kedung Ombo ini kan tidak memikirkan liyan, yang penting aku mendapat spot terbaik, nanti dipajang menjadi kekaguman orang, dan seterusnya. Â Ini duka, tentu ikut berduka pada korban. Tetapi menjadi perhatian untuk hidup bersama agar lebih hati-hati.
Keempat, kejadian Aisyah Temanggung, anak nakal, sangat mungkin berkaitan dengan keengganan pihak dewasa untuk susah.
Memang masih sulit anak usia segitu untuk seperti bayangan dan gambaran pihak dewasa. Jalan pintas diambil. Eh ternyata kata akhirnya berbeda. Soal mencari jalan keluar yang tidak solutif.
Kelima, hukuman itu harus setimpal, memberikan efek jera, dan tidak tebang pilih.
Kita bisa melihat kog bagaimana menyelesaikan masalah bahkan pelanggaran hukum di negeri ini. Sepakat Kapolri menyikapi ujaran kebencian itu ada yang menggunakan pendekatan restorative justice, namun dalam kenyataannya, bagi elit masih didiamkan saja.
Berbeda dengan masyarakat biasa, ada yang kena materai cukup, malah menjadi duta ini dan itu, tetapi ada pula yang tetap saja menjadi kasus hukum. Ini fakta, cek saja bagaimana hal demikian terjadi. Â Belum lagi jika bicara elit agama dan politik, seolah mereka di atas hukum.
Harapan tetap masih perlu dijadikan pedoman. Kadang sikap pesimis menguar dan itu yang melemahkan keyakinan. Keadaan akan lebih baik, meskipun begitu banyak narasi dan aksi sebaliknya.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H