Jerman pula tempatnya. Tetapi tanggapan sangat sepi, mungkin karena Ramadan dan juga pengagaung rusuh sudah tiarap. Ini  tidak akan menjadi masalah berkelanjutan, malah menjadi berkah di mana sekali dayung tiga empat pulau terlewati.
Penanganan ibu dosen yang dinilai menistakan agama Hindu dengan mudah berlanjut. Mau menarasikan seperti apapun tidak bisa. Paul Zhang juga bisa dikatakan sebagai bukti. Ini adalah sarana untuk menenteramkan anak-anak tantrum yang biasa guling-guling.
Pun dengan penceramah lain yang biasa jualannya adalah caci maki dan menjelek-jelekan agama lama atau agama lain. Hal yang sudah saatnya dihentikan. Perlu dewasa dan makin bijak beragama dan beriman.
Dikit-dikit penistaan, tanpa tahu esensi dan maksudnya. Emosional dan abai rasional yang masih diperlukan di dalam hidup bersama.
Apa yang harusnya dilakukan?
Bangunlah agama, beriman untuk banyak belajar agama, imannya sendiri. Tidak perlu menengok, apalagi malah isinya berkomentar  atas agama lain. Ini upaya memperbesar persamaan bukan perbedaan. Kalau mengulik beda, ya sangat gampang.
Kekayaan agama itu sangat luar biasa. Nah kajilah itu, pelajari dengan mendalam. Hal-hal menarik ada di sana. Tidak perlu antipati, dan tidak akan mengubah keyakinan dan keimanan. Di HP dan laptop saya ada Kitab Suci, ada juga Alqoran, DKV II, KHK, sebagai pengetahuan, tidak akan mengubah apapun bagi saya.
Jika itu yang dilakukan, tidak akan ada waktu dan energy mengurusi agama lain. Untuk apa sih? Menang? Kemudian mengajak orang lain berpindah?
Sertifikasi pemuka agama dan penceramah. Ini mendesak. Siapa yang menolak juga sudah dipahami kog, mereka-mereka yang memang tidak berkompeten. Lebih molitik dari pada ceramah agama. Â Nah inilah tugas dari ormas keagamaan, lembaga agama untuk mendidik, mendisiplinkan, dan membina umat masing-masing berjalan pada koridor yang semestinya.
Ini bukan apa agamanya, atau sama atau beda dengan saya, fenomena yang ada dalam semua agama dan pelaku beragama. Wong ada misionaris, ada tugas untuk menyiarkan, yow ajar ketika ditafsirkan untuk membuat orang yang berbeda menjadi sama.
Masalahnya adalah, menggoda yang berbeda, bahkan melabeli dengan hal yang sangat buruk. Melupakan kemanusiaan dan kebangsaan. Padahal di pasar itu orang jualan baju, jual sayur berderet juga tidak saling hujat, baik-baik saja. Ada yang laku juga tidak kemudian iri dan menjelek-jelekan.