Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok, Reshuffle, dan Menteri Investasi

16 April 2021   20:53 Diperbarui: 16 April 2021   21:04 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahok, Reshuffle, dan Menteri Investasi

Keriuhan penggantian menteri sudah makin kuat. Apalagi salah satu orang terdekat istana, Ngabalin mengatakan minggu-minggu ini.  Sebenarnya ini   tidak sepenuhnya penggantian, namun perubahan alias penggabungan kementrian, dan juga adanya kementrian baru.

Kemendikbud dan kemenristek dijadikan satu. Sangat mungkin ada salah satu menteri yang terganti, atau keduanya diganti, itu hak prerogatif presiden. Parpol juga tidak pas jika bicacara pada jabatan teknis seperti ini.

Biarkan profesional, atau juga yang berkompeten. Parpol bisa usul tetapi bukan memaksakan. Hal yang tentu dipahami dengan baik oleh presiden.

Lebih menarik membahas mengenai kementrian baru. Ini jelas orang baru, tidak akan mungkin Luhut Panjaitan turun menjadi menteri baru plus menko.  Selama ini, Luhutlah yang banyak mengurusi investasi.

Salah satu nama yang disebut  cukup santer adalah BTP aka Ahok. Siapa sih yang bisa menyangsikan kinrja Ahok-BTP? Sebutkan, kinerja lho ya, bukan yang lain...  Netizen selalu saja gemes mau dengar nama Ahok masuk kabinet, saya pikir Pak Jokowi juga mengalami yang sama.

Setiap menyusun kabinet, dua kali, beberapa kali reshuffle, maunya memasukkan nama rekan kerjanya di DKI itu. Kinerjanya jelas kog. Inovasi dan terobosannya sering tidak terpikirkan orang lain. Semua terlaksana dengan baik karena memang dipersiapkan dengan cermat, detail, dan menyeluruh.

Pola kerja demikian yang membuat Jakarta begitu pesat melaju di dalam kendali Jokowi-Ahok, atau Ahok-Djarot. Kinerja yang memang berdasarkan visi dan misi yang jelas dan terukur. Siapa yang membantah Jakarta maju, keren, dan terlihat perbedaan dan perubahannya?

Nah, ini cocok bagi menarik investasi, apalagi kekayaan alam Indonesia, penduduk dan angkatan kerja, serta kreatifitas itu luar biasa. Orang luar biasa yang harus mengelola. Jangan sampai orang asing yang berinvestasi hanya ngibul atau malah malak seperti era-era lampau.

Diplomasi Ahok-BTP juga lumayan bagus. Orang bisnis tentu suka dengan orang yang modelnya ceplas-ceplos, yang sangat transparan, bukan model politikus. Investasi itu bicara kepastian, keamanan, dan keyakinan.

Apa yang dilakukan Ahok-BTP di Jakarta juga di Pertamina tentu bisa meyakinkan investor bahwa keadaan baik-baik saja dan tidak membahayakan apa yang mereka tanamkan. Kondisi pandemi toh Indonesia tetap melaju dengan relatif baik. Apalagi di tangan orang yang memang layak memegangnya.

Latar belakang pengusaha dan juga politikus, menjadikan nilai plus bagi Ahok-BTP. Politikus pun pernah pada posisi eksekutif dan juga legeslatif. Memegang komisaris bagi perusahaan sekelas Pertamina, ataupun sebelum menjadi politikus sangat mendukung.

Satu masalah yang ia alami akut adalah suka mencari musuh. Ini karakter, semoga penjara telah menjadikannya lebih kalem dan tidak model pokok e dan saklek dalam melihat persoalan. Ini yang membuatnya terdongkel dari DKI.

Investasi jelas ladang uang. Orang yang bersih, bisa dipercaya berbuat bagi negara, tentu tidak banyak. Ahok-BTP salah satunya yang bisa diyakini, mampu mengemban ini. Godaan uang apalagi suap jelas bukan main-main.

Jokowi tentu sangat senang jika Ahok-BTP bisa menjadi salah satu menterinya. Ia sudah paham dengan karakter dan cara kerjanya. Semua berjalan sesuai dengan apa yang Jokowi mau. Posisi juga tidak model ngelunjak dan sok tahu di depan atasan.

Negara tentu juga bahagia mendapatkan pejabat pekerja keras, di tengah keadaan yang serba sulit seperti sekarang ini. Apalagi kerikil yang ada sebagai penolak Ahok-BTP sebagai gubernur, telah terkotak.

Yang ada saat ini hanya petualang politik yang sedang gerah karena ada di luar kekuasaan. Akses ke sana tertutup dan malah sangat mungkin terbuka kedok-kedok mereka satu demi satu.

Pemain lapangan sudah mati suri karena pimpinannya sedang dalam aneka persidangan. Kelompok mereka cenderung sibuk dengan narasi sendiri. Sudah tidak punya cukup kekuatan.

Pengguna jasa mereka juga mulai kendor, Lihat saja KPSI yang  katanya demo Senin kemarin juga hanya keras di media sebelum tanggal itu. Bohir sudah enggan mengeluarkan dana untuk aksi-aksi kontraproduksi.

Langkah stratgis, panjang, dan mata telah membuka kesempatan bagi Ahok-BTP untuk bisa menjadi salah satu menteri. Menunjukkan kapasitas dan kualitas dirinya. Sayang model Ahok-BTP hanya ada di balik layar sebagai komisaris.

Ia pekerja, pelaku lapangan, eksekutor, sekaligus penjaga, layak menjadi menteri. Pasti tangan, kaki, dan rasionya sudah letih di belakang meja. Pengabdian memang bisa di mana saja. Tetapi ketika ada yang lebih pas, mengapa tidak?

Nah, apakah masih terganjal lagi, salah satu putera terbaik ini mengabdikan diri menjadi seorang menteri? Layak ditunggu. Atau kembali hanya desas-desus dan keinginan masyarakat  berhenti pada harapan?

Menteri memang hak prerogatif presiden. Tentu saja partai-partai  yang mengusung dan mendukung tidak tinggal diam dan didiamkan dalam pembicaraan mengenai menteri. Resistensi partai politik sih tidak cukup kuat dengan nama ini.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun