Apa yang dilakukan Ahok-BTP di Jakarta juga di Pertamina tentu bisa meyakinkan investor bahwa keadaan baik-baik saja dan tidak membahayakan apa yang mereka tanamkan. Kondisi pandemi toh Indonesia tetap melaju dengan relatif baik. Apalagi di tangan orang yang memang layak memegangnya.
Latar belakang pengusaha dan juga politikus, menjadikan nilai plus bagi Ahok-BTP. Politikus pun pernah pada posisi eksekutif dan juga legeslatif. Memegang komisaris bagi perusahaan sekelas Pertamina, ataupun sebelum menjadi politikus sangat mendukung.
Satu masalah yang ia alami akut adalah suka mencari musuh. Ini karakter, semoga penjara telah menjadikannya lebih kalem dan tidak model pokok e dan saklek dalam melihat persoalan. Ini yang membuatnya terdongkel dari DKI.
Investasi jelas ladang uang. Orang yang bersih, bisa dipercaya berbuat bagi negara, tentu tidak banyak. Ahok-BTP salah satunya yang bisa diyakini, mampu mengemban ini. Godaan uang apalagi suap jelas bukan main-main.
Jokowi tentu sangat senang jika Ahok-BTP bisa menjadi salah satu menterinya. Ia sudah paham dengan karakter dan cara kerjanya. Semua berjalan sesuai dengan apa yang Jokowi mau. Posisi juga tidak model ngelunjak dan sok tahu di depan atasan.
Negara tentu juga bahagia mendapatkan pejabat pekerja keras, di tengah keadaan yang serba sulit seperti sekarang ini. Apalagi kerikil yang ada sebagai penolak Ahok-BTP sebagai gubernur, telah terkotak.
Yang ada saat ini hanya petualang politik yang sedang gerah karena ada di luar kekuasaan. Akses ke sana tertutup dan malah sangat mungkin terbuka kedok-kedok mereka satu demi satu.
Pemain lapangan sudah mati suri karena pimpinannya sedang dalam aneka persidangan. Kelompok mereka cenderung sibuk dengan narasi sendiri. Sudah tidak punya cukup kekuatan.
Pengguna jasa mereka juga mulai kendor, Lihat saja KPSI yang  katanya demo Senin kemarin juga hanya keras di media sebelum tanggal itu. Bohir sudah enggan mengeluarkan dana untuk aksi-aksi kontraproduksi.
Langkah stratgis, panjang, dan mata telah membuka kesempatan bagi Ahok-BTP untuk bisa menjadi salah satu menteri. Menunjukkan kapasitas dan kualitas dirinya. Sayang model Ahok-BTP hanya ada di balik layar sebagai komisaris.
Ia pekerja, pelaku lapangan, eksekutor, sekaligus penjaga, layak menjadi menteri. Pasti tangan, kaki, dan rasionya sudah letih di belakang meja. Pengabdian memang bisa di mana saja. Tetapi ketika ada yang lebih pas, mengapa tidak?