Tiga, jika pemerintah tidak hadir justru salah. Tugas pemerintah itu menjamin warga negaranya terpenuhi hak dan kewajibannya. Mau mereka taat, bandel, atau rajin mauun malas, sama di mata hukum dan pemerintah.
Lihat, narapidana saja di sidang dengan ruangan berAC, kendaraan antar-jemput berAC, di dalam sel diberi makan gratis. Ini identik.
Tentu bukan dalam arti bahwa pemerintah mendukung teroris dan malah menggelontorkan dana untuk keluarganya. Ini jelas gorengan yang ngaco.
Saya pikir, ketika Presiden mendengar keluhan warganya, mau keluarga teroris atau bukan, sikapnya akan sama. Nah dengan mengulurkan tangan pada keluarga pelaku terorisme, siapa tahu membuat gerak hati keluarga pelaku teror bisa terusik dan kemudian menyadari kesalahannya.
Ini soal pilihan dan penting. Bagaimana hadir bagi semua orang. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Â
Pelaku teror sudah dihukum, mati di tempat, mau didor, mau meledakan diri, atau cara lain. Mereka sudah selesai. Tetapi, keluarga mereka toh masih hidup dan tetap berlanjut kehidupan mereka. Apakah makin ringan? Belum tentu. Apakah salah jika pemerintah memberikan bantuan? Tidak.
Mereka masih WNI, hidup di RI, itu tanggung jawab sepenuhnya negara. Jauh lebih penting adalah,
Memburu para pendukung aksi terorisme yang masih berkeliaran. Menyuruh orang mati, memuji setinggi langit, dirinya sendiri masih asyik pesta dengan pasangan dan keluarganya. Ini munafik. Salahkan mereka, jangan malah lupa dan menyerang pemerintah yang sedang melaksanakan tugas.
Jadikan terorisme musuh bersama. Mereka ini perusak negeri, jangan malah menghukum yang tidak bersalah. Sangat mungkin keluarga teroris itu juga teroris.Tetapi para motivator, para pencari dana, para pendukung ini jelas lebiih dari sekadar teroris.
Penegakan hukum lebih keras lagi tampaknya lebih dari sekadar retorika. Usung praduga bersalah dalam konteks terorisme. Sepanjang menyatakan dukungan, ciduk duluan, urusan belakangan. Biar tertib di dalam bersikap dan juga mendukung itu perlu konsekuensi. Kasihan yang mati merana, yang hidup masih bisa foya-foya, hanya kata dukungan, doa, dan puja dan puji omong kosong.
Pembiaran selama ini sangat kental dan terasa. Lihat saja orangnya ya itu-itu saja kog. Bahasanya juga sama, rekayasa, surga, senyum, pahlawan, kalau begitu kog mereka bertahun-tahun lalu hanya omong tanpa melakukan?