Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menag: Umat Katolik Tidak Sendiri

30 Maret 2021   21:01 Diperbarui: 30 Maret 2021   21:06 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesan yang memang wewenang menteri. Tidak ada pembenaran diri, penolakan, atau sikap abu-abu. Ini adalah pesan kenabian yang memang seharusnya demikian.

Mukjizat yang Dimaknai Berbeda

Sama juga dengan pahlawan dan penghianat. Uskup Ada menyatakan mukjizat bahwa satpam yang mencegah pemotor yang ternyata teroris memasuki pekarangan gereja, karena pakaian mereka menimbulkan kecurigaan, tidak meledak bersama para pelaku. Padahal jelas posisi sangat dekat. Melihat kepala terlempar sampai atap itu daya ledaknya seperti apa.

Mukjizat dalam sudut pandang orang Katolik, sisi lain juga bisa dipahami, jika para pemuja teroris malah mencibir. Mana mungkin bisa selamat, luka hanya lecet begitu, kecuali itu konspirasi. Ini adalah hal yang normal, namanya orang. Bebas untuk menafsirkan dan memberikan penilaian.

Terpenting adalah, nalar, simpati, dan kemudian sisi spiritualitasnya. Sederhana, ketika orang beragama dengan baik, itu buah imannya adalah kebaikan, damai, suka cita, dan itu terlihat dari wajah, bahasa tubuh, dan keseluruhan hidup hariannya.

Bagaimana memandang muka orang yang mendalam secara spiritual. Ingat ini bukan soal agamanya apa. Namun bagaimana orang yang melakukan nasihat-nasihat rohani, lepas agamanya. Sangat mungkin orang tidak beragama juga bisa.

Syukur pula kali ini, tidak banyak narasi pembelaan bak babi buta pada perilaku teror. Hanya golongan itu-itu saja, namun lebih kecil lagi dibandingkan yang lalu-lalu. Apakah karena ketakutan, atau kesadaran baru? Sangat mungkin karena takut ruang geraknya makin sempit, akhirnya timbul kesadaran baru.

Narasi-narasi yang ada, jauh lebih banyak spekulatif, pokoknya bicara dan maunya membela apa yang telah terjadi. Tetapi gaungnya tidak lebih besar. Makin redup. Ini adalah harapan.

Musuh bersama. Menag menyatakan, ini pekerjaan sulit, namun  bukan perkara yang mustahil. Keyakinan dan harapan bagus telah dinyatakan. Ini adalah kekuatan untuk bahu membahu untuk keluar bersama mengatasi terorisme.

Ruang gerak mereka makin sempit. Dunia internasional, DAESH juga sudah tidak cukup memiliki kekuatan. Pembubaran HTI dan FPI sangat strategis. Ingat, asal jangan menjadi terlena dan kemudian euforia seolah semua sudah selesai.

Menjadikan terorisme musuh bersama. Ini masih perlu kerja lebih keras. Sedikit banyak masih ada dan cukup juga para pembela, pemilik keyakinan bahwa ini adalah memang  cara yang baik dan benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun