Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

KLB, Moeldoko Versus Gatot Nurmantyo

7 Maret 2021   19:33 Diperbarui: 7 Maret 2021   20:37 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KLB, Moeldoko Versus Gatot Nurmantyo

Gatot Nurmantyo mengaku menolak diajak menggulingkan AHY. Hal yang sebaliknya diamini oleh Moeldoko. Dalam pernyataannya Gatot Nurmantyo mengatakan, tidak mungkin menghianati SBY dengan mendongkel AHY. Ingat jasa SBY bagi karir dan hidupnya. Selengkapnya di kompas.tv.

Keduanya mantan Panglima TNI. Reputasi keduanya berbeda usai menjadi purnawirawan. Usai "hilang" selama SBY, Moeldoko kembali ke kancah politik, ketika pemerintahan Jokowi. Pun sebaliknya, Gatot Nurmantyo yang pensiun langsung mencari panggung dengan isu komunis, PKI, dan kemudian KAMI.

Sangat menarik menyimak kedua jenderal ini di dalam menapaki jalan politik mereka masing-masing. Eh ketemu dalam satu kondisi yang sama, menyangkut Demokrat.

Moeldoko dan SBY

Dua jenderal yang berbeda kapasitas. Jika berbicara SBY dan Moeldoko. Karena SBY tidak pernah menjadi KSAD aplagi Panglima ABRI atau Panglima TNI. Bintang tiga dan menjadi empat usai purnawirawan.  Itu tidak menjadi penting.

Lebih menarik adalah kondisi Demokrat pada awal 2004 yang perlu sosok dan para pendiri dan elit  Demokrat yang masih bayi itu melabuhkan pilihan pada SBY. Harapannya adalah kebesaran Demokrat di masa datang, paling tidak dalam pemilu terdekat. Semua terbuktii dan berhasil.

Suara pilg memang tidak cukup besar. Namun lumayanlah sebagai partai pemula. Lebih menggembirakan tentu saja dengan mengusung capres dan menang pada kesempatan pertama. Luar biasa. Tidak bicara mengenai trik dan intrik lain, ini soal jenderal bintang tiga dan partai baru yang meroket. Mengenai intrik itu bisa dikupas pada kesempatan lain.

Peroide dua tidak perlu juga menjadi pembahasan. Karena toh sudah dikuliti oleh kader dan elit proKLB kemarin-kemarin. Tidak mendasar dalam kupasan ini.

Nah kini, trisemester pertama 2021 ternyata ada kondisi yang identik. Sebagian elit dan kader Demokrat merasa keberadaan partainya perlu "penyelamat" demi menaikan kembali kejayaan yang sempat mereka miliki.

Pandangan sebagian pihak ada pada figur Moeldoko. Konon ada yang menilai ini adalah keterpaksaan karena desakan atau tekanan dari SBY dan juga AHY yang terus menerus melibatkannya.  Boleh dan bisa saja. Pendapat lain mengatakan kalau ini upaya untuk "menjinakkan" Demokrat. Kooptasi karena Demokrat berisik. Boleh, menganalisis demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun