Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Moeldoko Ketum, AHY Demisioner, dan Implikasinya

5 Maret 2021   19:08 Diperbarui: 5 Maret 2021   19:12 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pilihan ini memang suka atau tidak, sangat buruk bagi alam demokrasi. Tinggal PKS saja yang berdiri pada posisi oposan, PAN yang lemah gemulai mana mampu. Toh tidak ada manfaatnya juga menjadi oposan. Namun paling tidak ada  pengawas, sehingga pemerintah tidak jatuh pada keadaan superior yang lebih jauh bisa menjadi otoriter dan kemudian lupa daratan.

Akan berkepanjangan sebagaimana Golkar, PKB, dan PPP, dualisme yang menyita banyak energi, belum lagi ini adalah menyangkut SBY dan Demokrat. Lha keadaan biasa saja ribetnya minta ampun apalagi kondisi luar biasa seperti ini.

Apa yang terjadi ini memperlihatkan lemahnya posisi SBY di dalam  menata Demokrat. Kesalahan cukup mendasar dengan memaksakan diri dengan menempatkan AHY pada jabatan ketua umum. Jauh lebih aman dan tidak akan lebih bergejolak, jika Ibas yang diplot menjadi ketua umum. Sayang, nasi sudah menjadi bubur.

Mengapa Ibas lebih aman? Ya karena para elit Demokrat sudah lama bekerja bersama Ibas. Memang melihat  tampilan selama ini, susah sih mengharapkan Ibas. Diam itu emas, tetapi bisa juga diam itu tidak tahu apa-apa. Hal yang sama kuatnya mempengaruhi persepsi publik.

Era media sosial, membangun branding itu murah meriah. Beri saja tanggapan atas semua kejadian, isu, atau apa saja yang sedang hangat. Cepat mendapatkan tanggapan. Lihat tuh Ferdinand Hutahaean. Cepat dikenal publik. Wartawan akan mengulik akun media sosial, atau juga mengajak wawancara.

Atau buat akun dan kanal Youtube, cepet, murah, meriah, dan sudah memiliki nama akan menjadi rujukan. Mau salah atau benar urusan belakangan. Mosok kalah dengan sang bapak yang artis media sosial. Sayang, ada kesempatan tidak dipakai.

Semua sudah terjadi. Langkah  paling realistis itu rekonsiliasi. Melihat rekam jejak SBY sih tidak akan mau. Susah melihat ini bisa selesai dengan mulus. Ketika tujuan adalah kursi dan kekuasaan.

Menarik, apa yang Moeldoko tantang pada para kader Demokrat. Mau gotong royong demi bangsa, melepaskan kepentingan diri sendiri. Hal yang jelas kontras dengan apa yang telah Demokrat tampilkan selama ini. Mendasar dan itu hal yang sangat baru.

Layak ditunggu akan ke mana dan seperti apa drama Demokrat ini berujung. Ini adalah awal. Bisa dipastikan akan banyak babak baru dalam drama ini.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun