Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Blokade Games Online

4 Maret 2021   21:16 Diperbarui: 4 Maret 2021   21:19 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, Mirip dengan kewibawaan, orang tua tidak lagi memiliki otoritas yang cukup terhadap anak. Anak kadang lebih galak dan bisa lebih "berkuasa" dari pada orang tua. Ini karena pembiasaan sejak dini.

Keempat, pokoknya diam, anteng, dan tidak rewel. Jelas ini sejak dini, anak dipegangin HP dan kemudian melihat aneka hiburan dan itu jelas sangat menarik bagi anak. Ketika  diambil nangis, menjerit, dan berguling. Orang tua "kalah" dan memberikan dan menuruti maunya anak.

Mekanisme ini terus dibawa sampai gede, dan usia sekolah. Merengek, ngambeg, dan orang tua luluh, dan makin tidak berdaya.

Apakah itu games, atau HP, atau gadget yang salah? Ya bukan. Semua netral, tidak bernilai baik atau buruk. Hanya karena tidak tepat penggunaannya, semua jadi berabe. Games termasuk di dalamnya. Awalnya anaknya anteng, main sendiri. Ibu bisa masak, nyuci, setrika, atau malah medsosan sendiri, leluasa. Si bapak ngopi, udud, dan main hape pula.

Nah, ketika orang tua merasa anak harusnya belajar, makan, mandi, atau juga main, tetapi masih juga asyik mainkan HP atau gadget, games online apa bisa dengan mudah dan segera bisa berubah atau berhenti? Tidak akan. Sudah ketagihan, nyandu, dan mengalahkan segalanya.

Games ataupun gadget tidak sepenuhnya salah. Pendidikan dan pendisiplinan yang lemah sejak awal.  Tabiat manusiawilah yang biasa mencari kambing hitam, enggan merasa bersalah, dan melihat atau menimpakan kesalahan pada pihak lain. Ini khas manusia.

Adam menyalahkan Hawa saat melanggar makan buah terlarang. Hawa menuding ular ketika terdesak. Manusia pertama bersikap demikian. Anak cucunya ya biasa mencari pembenar dan menuding pihak lain untuk bertanggung jawab.

Zaman memang berubah. Pola pendidikan dan pendekatan pada anak juga pasti harus berbeda. Kadang orang tua hanya model tradisional. Apa yang diajarkan orang tua dulu, dicopi pastekan pada anak-anak mereka. Ya tidak akan bisa.

Pembiasaan. Jangan salah, kalau sejak kecil sudah pegang smartphone, mana bisa nanti saat sudah lebih mandiri bisa berhenti ketika waktunya melakukan aktivitas yang lebih penting.  Perlu keseriusan di dalam membiasakan.

Kedisiplinan.  Jadwal di dalam rumah kadang tidak ada. Padahal itu juga penting. Tentu tidak perlu seperti di asrama atau sekolah. Namun waktu itu diatur kapan bermain, kapan santai, kapan belajar, berapa jam ngegame dan sebagainya.

Keteladanan. Orang tua juga melakukan hal yang sama. Jangan kemudian melarang anak asyik dengan gadget, tetpi orang tua juga main hape terus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun