Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Buzzer Memang Haram, Dewan Pers Belajarlah pada Admin Kompasiana

13 Februari 2021   20:13 Diperbarui: 13 Februari 2021   20:23 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kritik itu pasti tidak akan menyebut fisik, mau jelek, gendut, atau buruk maupun cakep, olah pikir, karya, dan pemikiran yang menjadi fokus sebuah kritik. Jika mengatakan fisik itu sudah penghinaan dan juga bukan kritik. Mosok jelek kog kritik, malah menyoal ciptaan, kurang ajar namanya pada Pencipta.

Motivasinya kebaikan bersama, bukan kepentingan diri sendiri dulu. Nah selama ini dengan gampang kog dipilah mana yang demi kepentingan dan mana yang benar-benar rasa sayang pada bangsa dan negara. Yang mau memecah belah bangsa dan kepentingan pribadi serta kelompok itulah yang haram. Simpel.

Buzzer itu seperti apa sangat mudah dicek, siapa lingkaran pertemanannya, berapa usai akun, dan isi akunnya seperti apa. Sederhana, hanya tukang bagi, nyepam, memaki, tanpa karya sederhana sekalipun, status receh misalnya, jelas aromanya pesanan. Di Kompasiana juga dulu banyak, mereka tidak pernah nulis, tetapi merusak tulisan orang, menghakimi, mencaci maki, bukan isi artikel namun pribadi.  Asumsi pula yang dikemukakan.

Keberadaan buzzer akan tersingkir dengan sendirinya, ketika media berperan dengan semestinya. Selama ini buzzer melakukan kritik, kadang juga mencaci maki, meluruskan pemberitaan, opini, dan artikel yang menyesatkan. Kadang memang masih ada caci maki, menghina, itu karena emosional, keterbatasan kemampuan, dan model membalas apa yang dilakukan.

Jadi, tidak perlu berlebihan dengan membinasakan buzzer segala, siapa sih yang dulunya menciptakan perang taggar dan menguasai media sosial? Hayo jujur dan mengaku jika ini adalah aksi dan reaksi. Masalahnya para pegiat aksi itu munafik, ketika dijawab dengan logika mereka ngamuk.  Miris ketika itu menjadi jalan perjuangan, termasuk kelompok elit.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun