Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lima Syarat Demokrat Selamat

13 Februari 2021   11:06 Diperbarui: 13 Februari 2021   11:16 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lima Syarat Demokrat Selamat

Kondisi Dmokrat sebenarnya baik-baik saja, sama dengan partai yang sedang pada posisi menengah bawah lainnya, seperti P3, PAN, dan seterusnya. Malah mereka memiliki cukup amunisi, bahkan lebih dengan keberadaan SBY sebagai mantan presiden dua periode. Suara pun masih lah relatif aman, dari pada Hanura, lebih menyedihkan.

Hanya karena tampilan yang tidak sesuai ekspektasi dan para pendukung termasuk elitnya yang salah fokus. Melangkahlah maju, bukan malah menyamping atau mundur. Langkah mundur seperti membandingkan pembangunan, perkembangan ekonomi, atau kondisi kini dan saat pemerintahan SBY-Demokrat. Malah menjadi bahan tertawaan. Tidak ada masalah dengan bangsa dan terutama malah Demokrat sendiri.

Aklamasi kemenangan AHY menjadi ketum itu sudah sah, tidak ada gugatan pula ke mana-mana, artinya kedudukan AHY itu baik-baik saja. Kecuali usai ada pernyataannya sendiri ada dugaan kup.

Sayang, ketua umum muda, memiliki  rekam jejak bagus, dan sangat mungkin menjadi pemimpin di masa depan, namun malah salah di dalam membidik apa yang menjadi skala prioritas. Kudeta dan tudingan penghentian pembicaraan UU Pemilu memberikan gambaran itu secara konkret. Padahal selama ini tidak pernah ada masalah yang diketahui publik.

Iuran ala AHY. Ini ketika isu kudeta menyeruak, selama ini tidak tahu, sama sekali tidak ada pembicaraan itu di luar, konsumsi publik dan media. Mengapa malah kini media menjadikan itu pembicaraan?

Senior, sesepuh merasa tidak diajak bicara. Marzuki Ali berkomunikasi ke SBY bukan AHY, berarti ada sesuatu. Dulu tidak ada pembahasan demikian, usai kudeta kemudian menyeruak ke ruang publik.

KTA dan syarat ketua umum. AHY mundur 2016, aklamasi jadi pemenang 2020. Kini sudah 2021, hampir setahun orang tidak peduli, AHY belum memenuhi syarat. Siapa yang mengungkap? Apa pemantiknya? Isu kudeta. Nah, mumpun masih jauh dari pilpres, ada lima paling tidak catatan perbaikan untuk Demokrat.

Satu. Fokus. Ini harus selalu diingat, karena selama ini bukan fokus ke dalam, namun ribet dan ribut Jokowi. Menyoal Jokowi terus menerus. Coba apa salah Jokowi sih? Toh suka atau tidak, Jokowi menang pemilu, sudah dituntut ke mana-mana, kader mereka menjadi panglima di dalam tuntut-tuntutan itu, Deny Indrayana.

Demokrasi itu ada periodenya, santai saja. Mau menjadi oposan itu yang bermartabat, belajarlah pada PDI-P dan Gerindra waktu SBY memimpin, mereka tidak ngrecokin, maka simpati publik malah meningkat. Lihat dua pemilu mereka bisa lebih baik dari Demokrat. Ini artinya rakyat dan pemilih itu melihat.

Fokus memperbaiki diri partai. Lebih ke dalam. Lebih solid, lebih terencana di dalam bersuara, bukan malah mempermalukan partai sendiri.

Dua. Lepaskan dari bayang-bayang. Susah kini melihat AHY sebagai pribadi, lebih cenderung bayangkan atau maaf boneka SBY. Lebih tragis lagi malah membayang-bayangi diri dengan Jokowi. Bagus sih menghajar kelas kakap. Mancing pasti mengharapkan yang gede, bukan kelas teri. Lha tetapi kalau itu gagal lagi dan gagal lagi kan malah repot.

Energi habis karena malah perlu dobel kerja, menyerang, klarifikasi, malah kadang perlu membel diri. Partai lain lho masih tenang-tenang saja. Mereka sudah berhitung. Kesalahan fokus bagi kiper dan pemain belakang bisa membuat salah komunikasi dan salah umpan dan jadi gol.

Tiga, terlibat, jangan hanya melihat untuk kemudian menemukan celah untuk menghajar. Lakukan kritik yang berkelas, bukan hanya menemukan kesalahan, tetapi tidak mampu memberikan tawaran solusi. Selama ini baik, menemukan kekurangan itu, tetapi langkah selanjutnya apa?

Buktikan dengan terlibat bukan hanya melihat, kini lebih banyak politikus, birokrat, dan pimpinan berbasis kinerja. Begitu banyak stok pemimpin yang sudah membuktikan dengan kerja. Tidak lagi saatnya menjual klaim apalagi hanya jualan omongan/

Empat, benahi internal, kurangi menyoal yang berlebihan pada pihak lain. Pada pengantar sudah gamblang bagaimana reputasi Demokrat di mata publik dan senior. Siapa yang perlu bertanggung jawab dan siapa yang mengungkapkan masalah sudah jelas. Tidak usah pedulikan Moeldoko, Jokowi, atau Gibran, tetapi perbaiki komunikasi dan kepemimpinan. Jalan masih panjang, buktikan bahwa kamu bisa.

Lima, adakan KLB lagi, kalau perlu buat konvensi, dan beri keleluasaan  siapun, mau kader atau bukan menjadi salah satu kandidat. Mengubah AD-ART juga memberikan legitimasi bagi AHY makin sah sebegai pemimpin. Yakin pada diri sendiri, menang karena berjuang, bukan hanya diberi bapak. Menyakitkan lho menjadi ketua tapi dinilai oleh pihak lain sebagai karena belas kasihan.

Pembuktian itu memang tidak mudah. Sakit kadang malu juga. Tetapi tidak ada salahnya diupayakan. Hal baik tentu tidak mudah, karena memang perlu perjuangan dan kerja keras. Sayang muda, bertalenta, dan partai sempat besar, memiliki cukup  baik modal, jika akhirnya merana, hanya karena salah kelola.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun