Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ada Apa dengan AHY?

3 Februari 2021   05:49 Diperbarui: 3 Februari 2021   05:58 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada Apa dengan AHY?

Abu Janda, meredup pembahasannya. Pro dan kontranya tergantikan oleh panasnya pernyataa AHY bahwa ia akan dikudeta. Jwaban Moeldoko menambah memanaskan keadaan. Jangan dikit-dikit Jokowi, dikit-dikit istana, ini saya Moeldoko, bukan KSP. Ada orang curhat, minta photo, dan  ada isu ini. Keren.

Tentu tidak sepunuhnya demikian juga, namanya juga politik, kita tidak perlu juga senaif itu. tetapi bahwa istana apalagi Jokowi terlibat itu sangat mungkin. Tetapi kalau Moeldoko hanya dicurhati juga terlalu naif, sama kekanak-kanakannya AHY jika percaya seperti itu. tentu tidak senaif dan sepenuhnya demikian.

Tepisan bahwa istana dan Jokowi tidak tahu apa-apa ini menjadi penting. Serangan kepada Jokowi yang selalu diarahkan kepada Jokowi oleh Andi Areif dan AHY-SBY sudah saatnya ditepis dengan keras, bukan dibiarkan. Sama sekali tidak ada kepentingan bagi istana, pun Jokowi dengan keberadaan Demokrat. Suara tidak gede juga, hanya sebuah partai kecil, pemimpin kecil, dan juga masa depan tidak ada.

Surat kepada presiden itu sebenarnya hanya sebuah dagelan politik yang dilayangkan AHY yang tidak cakap, cermat, dan teliti melihat fenoemna dan membaca kondisi internal partai.  Masalah itu sebenarnya sejak 2017, yang oleh AHY dianggap angin lalu.

Ruhut mengatakan bukan tidak suka AHY, tetapi keberadaannya yang masih minim dan bukan kader itu masalah. bersama Hayono Isman, kalau tidak salah ditendang. Jangan dipikir bahwa yang lain juga tidak merasakan hal yang sama. Namun karena takut dan tidak punya peluang lain pada diam.

Gugata deklarator Demokrat. Kalau tidak salah ingat ada dua atau tiga kali mereka mencoba menggugat keberadaan Yudhoyono yang seolah memiliki Demokrat. Kan awalnya tidak demikian.  perulangan ini yang kelihatannya oleh AHY dan SBY tidak dilihat dengan cermat dan tegas.

Elitnya pun tidak percaya kepada AHY. Ada pelapora via media percakapan kepada SBY untuk memberikan sanksi karena ada sesama pinisepuh yang merasa difitnah. Ini aneh lagi, siapa ketua umumnya, siapa yang dilapori, dan melalui mekanisme media percakapan. Aneh, lucu, dan naif.  Masalah ya dibicarakan dengan ketua umum dan pengurus, menggunakan mekanisme partai.

Kudeta, KLB, dan mai gani ketua umum itu sangat jamak terjadi, saya tulis ulang, ada Amien Rais yang sampai membuat partai baru, ia tidak menulis surat, tidak konpres kepada Jokowi, tidak pula menyalahkan Jokowi, padahal biasanya salawi.

Megawati, konon ada keterlibatan bapaknya AHY, dikudeta dan benar-benar kudeta bahkan sampai ada istilah tragedi. Lahirlah PDI-P di kemudian hari. Apalagi Mega bersurat kepada Soeharto? Ya tidak, untuk apa? Mendirikan partai baru  dan lebih militan. Menang pemilu berulang malah pada kondisi yang lain tentu saja. Ada kesetiaan proses dan perjuangan.

Ttrbaru Tommy Soeharto, ini identik, orang tidak pengalaman berorganisasi, mengelola partai bentukan sendiri dengan jaringan membeli. Jelas seperti apa kondisinya, autopilot., meskipun sekjendnya pengalaman toh buyar juga. Kudeta dengan mudah dilakukan dan terjungkal. Apa Tommy bersurat kepada Jokowi? Tidak, atau tidak tahu ada jalan ini mungkin.

KLB itu jelas hanya bisa dilakukan pihak yang memiliki suara. Sangat logis, bahwa yang mau berkudeta ada di dalam internal. Kecuali mau bar-bar seperti era Orba, ini jelas tidak akan mungkin Menkum dan HAM tidak seceroboh era masa lalu. Artinya masalah itu ada di dalam tubuh Demokrat sendiri. Nah jika demikian, beberapa hal ini layak dicermati;

AHY gagal mengelola konflik internal dan menumbalkan pihak lain. Hal ini  istana dan  Jokowi secara tidak langsung. Point buat lawan Moeldoko yang malah mendapatkan angin segar iklan gratis.

Medengar informasi yang sangat mentah sudah bereaksi. Menunjukkan kapasitasnya masih terlalu hijau di dalam berpolitik dan pengalaman mengelola masalah.  antas saja Semesta tidak memberikan jabatan Gubernur DKI kepadanya.

Internal banyak yang kecewa, padahal bisa melakukan konsolidasi ke dalam dan meyakinkan publik bahwa ini hal yang masih mampu kita atasi bersama. Siapa tidak suka silakan pilih, keluar atau kita maju dalam KLB. Siapa takut bersaing.

Memperlihatkan bahwa AHY takut kalah, karena pemberian jabatan yang malah makin terbuka  aklamasi kemarin itu hanya sandiwara. Tidak kehendak  akar rumput dan pemilik suara yang benar-benar  tulus, namun karena pengaruh, entah kardus, entah intimidasi.

AHY sangat mungkin bisa eksis dengan menguasai Demokrat dengan cara yang elegan, ksatria, dan milenial. Sayang malah memilih cara kolonial dan feodal. Kesalahan sebenarnya jelas kog permainan ngaconya itu ada pada bapilu.

Bapilunya jelas susah untuk bisa menaikan posisi tawar Demokrat. Ngacolah ia dan AHY ikuti kengacoan itu sebagai sebuah upaya menarik simpati. Kalau mau main politik cemar asal tenr, belajar dulu dari Anies Baswedan dulu. Ia ahlinya.

Makin memperlihatkan desas-desus, pemikir  Demokrat itu Ibu Ani. Usai kepergiannya, selesai sudah. Makin suram dan kelam yang terjadi.Padahal sempat keren ketika mengadakan safari Ramadhan, berteu Bu Mega, Mbak Puan, Pak Jokowi, eh malah berhenti. Padahal itu bagus, bagi negara juga. Politik satru berhenti. Eh malah ganti pola nyinyirisme yang lebih akut.

Sayang, pilihan sudah dilakukan dan dijalankan. Susah untuk mengubah cara bermain cantik. sudah belepotan dengan noda di sana sini. Selesai sudah Demokrat. Dan itu karena tangan AHY yang gagal, bukan Jokowi.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun