Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Abu Janda "Membentuk Koalisi" Anies-Susi Versus Risma-Riza, AHY Kuda Hitam

31 Januari 2021   14:10 Diperbarui: 31 Januari 2021   14:17 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abu Janda Membuat Koalisi, Risma-Riza Versus Anies-Susi, Peluang AHY Menjadi Kuda Hitam

Menarik, apa yang dicuitkan Susi Pudjiastuti mengenai Abu janda. Berseliweran analisis, yang nalar hingga yang menjurus ngaco, hanya othak-athik, gathuk, dan rih rendahnya netizen. Lebih menjadi perhatian, ketika sontak ada narasi Anies bersama Susi menjadi calon dalam pilkada untuk DKI Jakarta. Ada narasi lain yang mencuat, sebagai pesaing adalah Risma dengan Riza.Susah melihat jika itu untuk 24. Karena momentum politis semua sudah lewat dan basi. Sudah tidak cukup relevan dengan perjalanan politik selama dua tahun. Panggung itu sudah sangat berbeda dan dinamikannya pasti lain sama sekali. Konteksnya tentu saja jika dilakukan 22.

Kelemahan paling nyata dari duet AS adalah mereka bukan pemain watak asli politikus, tanpa kendaraan politik yang pasti, militan, dan tepercaya. Hanya akan mengandakan sentimen positif atas keadaan yang terjadi. Itu sangat mungkin cepat pudar. Paling mentok mereka mengharapkan Nasdem, PKS, nanti mungkin P3 dan PAN. Partai-partai kecil yang tidak pernah punya calon mumpuni. Sekali lagi masih klasifikasi mungkin.

Berat, ketika ada nama besar Risma dengan rekam jejak panjang. Harapan massa dan kesayangan media. Partai pun bukan main-main, siapa bisa membantah PDI-P. Mesin partai ini juga cenderung solid di dalam mengawal kandidat mereka. Kemenangan di banyak daerah jelas memberikan bukti ini.

Tandemnya juga tidak kalah kokoh dalam partai. Gerindra yang telah memenangkan Anies-Sandi berarti telah teruji untuk DKI. Dua parpol besar bergabung tentu sebuah langkah lebih mulus untuk mendapatkan kemenangan. Secara kendaraan jelas unggul pasangan R-R.

Popularitas memang masih cukup berimbang. Pengikut setia media sosial untuk kedua pasangan cukup berimbang.  Porsi ini, bisa dikatakan 50-50, paling banter 52-48, sangat tipis margin selisih dari kedua pasang. Lebih kurang berimbang lah.  Ada kekurangan dan sudah terkover dengan baik kelemahan. Ini tidak menjadi banyak perbedaan jika ada pemilihan. Senitimen negatifnya relatif sudah tertutupi dengan keberadaan pada poin lainnya.

Point beratnya adalah, ketika A-S nanti dipersepsikan sebagai gabungan barisan sakit hati. Ini jauh banyak berdampak dari pada posisi seberang di mana R-R relatif aman dan nyaman dengan kinerja mereka sebagai menteri dan wagub. Celah mereka lebih sempit untuk dihajar apalagi parpol mereka solid di dalam membangun narasi sebaliknya.

Susah melepaskan posisi Anies sebagai orang kecewa, karena hampir lima tahun ia berlaku terus demikian. Plus tambahan pasangannya pun demikian. Berbeda alasan tetapi asumsi publik sangat mungkin dibangun dengan gambaran serupa. Itu tidak sulit, karena memang permainan persepsi masih sangat manjur.

Pendukung setia Anies selama ini adalah kaum ultrakanan. Memang sangat mudah mereka berbalik arah dan kemudian menjadi mau kepemimpinan perempuan sih, ketika potensi menang mereka gede. Toh ini bukan tidak mungkin menjadi hambatan psikologis yang kemudian membuat mesin dukungan menjadi lemah dan kacau.

Hal sebaliknya, hambatan itu tidak ada dalam diri pasangan R-R, mereka normatif aman dan tidak ada masalah sama sekali dalam persepsi negatif.

Peluang AHY.

Demokrat bisa menjadi kuda hitam. Keberanian memainkan kunci untuk mendapatkan partner yang sepadan, kakap, dan menjadi kunci atau kartu utama. penguasaan ultrakanan sangat mungkin. Sumber dana bagi mereka tidak masalah. Kendaraan jelas tersedia, mercy. Tinggal mencari tandem yang menggigit dan menggebrak.

Bisa juga menjadi prince maker, menjadi pengusung semata. Tetapi ini sangat sulit, panggung tidak akan diberikan oleh Demokrat kepada pihak yang potensial menjadi pesaing di 24. Pilpres. Mau mendompleng bagaimanapun susah.

Jauh lebih realistis ia maju dengan menemukan pasangan yang sangat kuat dan tidak terbantahkan. Komposisi yang ada, jika dipecah dan AHY masuk, sama susah dan beratnya. Apalagi Risma AHY, hampir mustahil. Masih ada peluang AHY-Riza, Anies-AHY, atau AHY-Susi.

Masalahnya adalah, apakah AHY mau, turun kelas. Sebenarnya tidak ada yang salah sih, bahkan jauh lebih bagus dengan demikian. ia bisa unjuk prestasi dengan membangun Jakarta. Itu panggung yang kemarin sudah ia jajaki. Sayang, lima tahun ini ia tidak serius menggarap itu. menyasar nasional terus yang belum tentu bisa ia dapatkan.

Ini momentum, ada kesempatan, termasuk bersama Anies Baswedan yang masih labil, belum mendapatkan kendaraan dengan pasti. Gerindra lebih cenderung membawaa Riza, kalau ia percaya Anies adalah bagiannya, tentu kemarin tidak ngotot menempatkan Riza sebagai wakil.

Kejelian AHY dan tentu saja SBY sebenarnya di sini. Berani mengambil risiko kecil namun bisa menang banyak untuk pilpres. Dua tahun lebih dari cukup, Jokowi juga kisaran dua tahun naik kelas. Sudah ada pengalaman yang terjadi.

Tampaknya Demokrat tidak mengambil kesempatan itu. Mereka akan fokus 24, namun jika melihat modelnya sampai saat ini, nasib 19 akan terulang dialami AHY dengan Demokrat.

Permainan baru para elit parpol untuk membawa narasi pilkada serentak 22 atau tetap 24. Makin pelik permainan karena  pemain baru merapat. Kalau bahasa Eyang Pram, dalam Rumah Kaca, Pangemanan ini sedang mengawasi para pemain ini bergerak. Ke mana dan mau bersama siapa. Semua masih cair, perpindahan koalisi masih sangat mungkin.

Konteks tentu ketika pilkada berpindah pada 22. Pun masih juga terbuka menjadi berbeda kalau KPK, kejaksaan, atau kepolisian berurusan dengan salah satu atau salah dua di antara para pemain tersebut. Mash jauh, hanya untuk asyik-asyikan saja.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun