Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Adakah Cinta Tanpa Seksual dan Harus Memiliki?

29 Januari 2021   13:32 Diperbarui: 29 Januari 2021   13:34 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biar dikomentari Kner Prof. Felix Tani, ikutan menulis yang beginian. He..he..luyaman lama memiliki cerita dan konsep ini, hanya menemukan formulanya tadi pas menguras aquarium. Langsung ketik usai kolam bersih. Kecenderungan relasi itu, apalagi usai dewasa, terutama yang lawan jenis hanya berfikir mengenai pendekatan dan muaranya pada pernikahan. Apakah demikian semuanya?

Memilukan, ketika ada pesan baik media sosial atau media percakapan mengatakan, Mas, aku mau pisahan....Mas, aku sudah tidak bisa bertahan lagi, atau Mas, pernikahan Katolikku tidak bisa lagi dipertahankan....aku sudah bercerai di pengadilan negeri, soal Gereja nanti kalau sempat. Langsung terbayang mereka ini dulu memilih sendiri tentunya, mengucapkan janji nikah dengan suka cita dan pasti cinta yang membara.

Usai beberapa tahun mengapa menguap? Apakah ada yang berubah dari hati dan cintanya? Beberapa hal laik dilihat sebagai bahan permenungan,

Sosial.

Peran lambene uwong, kata orang memang sering membentuk persepsi dan akhirnya simpulannya pun tidak seindah yang seharusnya. Karena hanya ikuti kata orang, takut label jomlo, takut label perawan tua, ngeri disebut jejaka tua, akhirnya nabrak-nabrak akhirnya nikah. Syukur kalau mendapatkan yang pas dan baik-baik saja, kalau salah pilih dan kemudian pisah?

Kadang orang bisa mendorong, namun ketika ada masalah mereka mau membantu? Omong kosong, kalau mereka mengatakan, pasti akan ada jalan. Ya iya, namun bukan atas bantuan mereka.

Coba saja jalan dengan lawan jenis beberapa kali, pasti akan ditanya, kapan undangannya, atau kapan diseriusin? Lha memangnya kalau jalan dengan sejenis belum tentu juga mengarah pada percintaan eksklusif? Ini kebiasaan. Tabiat dan kebiasaan kita, bangsa timur yang suka basa-basi padahal kadang kebablasan.

Orang Tua

Siapa yang tidak takut, apalagi orang tua anak gadis, pasti was-was dan cemas. Jangan-jangan anaknya hanya jadi mainan, jangan-jangan nanti kayak tebu, dan jangan-jangan yang lain. 

Ketika tergesa-gesa, sangat mungkin salah pilih dan salah pasangan. Sangat logis dan wajar orang tua khawatir dan cemas. Namun toh tidak juga harus tergesa-gesa untuk menikah, apalagi kalau ujungnya bubar. Satu RT ada dua anak usai 20-an awal sudah menjanda, pernikahan hanya kisaran setahun.

Pola Pikir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun