Maunya bertahan terus. Nah pola ini tentu banyak energi digunakan untuk menimbang untung rugi. Padahal jika bekerja ada konsekuensi untuk mendapatkan penolakan, pola demikian tidak disukai politikus citra. Padahal dengan bekerja baik, ekselen terutama, akan mendapatkan tanggapan positif gede juga.Pemikiran pragmatis dan enggan kerja keras ini seyogyanya mulai menjadi kesadaran parpol untuk membina kadernya tidak takut kerja dan nama itu pasti akan mengikuti. Citra itu bonus bukan malah tujuan.
Politik citra dan politik kerja. Hal yang selama ini salah paham dan salah jalan bagi banyak para politikus di dalam melakukan kinerjanya. Semua berorientasi pada citra diri, bukan pada capaian sehingga pengenalan akan dirinya menjadi baik. Harapan sih, bahwa kini semakin banyak politikus pekerja keras. Dampak pembangunan bisa dirasakan, bukan semata tampilan glamor pemimpinnya.
Kadang miris menyaksikan politikus pekerja ini akan menjadi hantaman kanan kiri. Mengapa? Ya banyak politikus, birokrat, dan pengusaha sudah biasa enak-enakan, nyantai, tebar suap untuk mendapatkan tujuan mereka. Berhadapan dengan politikus pekerja, susah. Biasanya mereka juga mengajak kerja keras, bukan sebaliknya.
Birokrat malas ini sama juga menyeret gerbong bobrok, berisik, berat, dan boros biasanya. Nah, ini peluang tapi kalau tidak hati-hati bisa menjadi bumerang. Kepala gerbongnya akan kehabisan energi, atau kalau tidak, malah membuat ulah sehingga kepala terguling.
Hal yang sama berlaku dengan rekanan, dewan dan juga pengusaha yang biasa mendapatkan proyek. Ingat proyek ini tidak sepenuhnya buruk. Basisnya apa dulu, perkoncoan, suap, atau sama kinerja. Nah model sekian lama bermain dengan uang, susah untuk diajak kerja keras tentu saja. Jika mereka ini kolaborasi dengan politikus busuk, bisa berabe.
Habitat politikus dan birokrat kerja memang masih cukup belum ideal. Nah di sana mutu kepribadian diuji, takut dan mundur ikut arus kerja seenaknya, atau tetap melaju dengan prinsip sepanjang sesuai konstitusi?
Melihat rekam jejak, perilaku, pilihan-pilihan Risma, tetap akan mampu, Indonesia dan Surabaya identik, Â karena fokus kerjanya juga terbatas, bukan seluruh sebagaimana walikota.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H