Pelaporan ini konon atas arahan DPP, sulit melihat Demokrat menjadi lebih besar apalagi kembali pada masa kejayaan ketika melihat reputasi mereka seperti ini. AHY masih jauh dari harapan sebagai pemimpin masa depan. Cara bersikap menghadapi fenomena masih mengkal. Kalah jauh dengan Ganjar dan kawan-kawan. Malah sangat mungkin nanti dilampaui Gibran atau Bobby.
Ini soal sikap mental Demokrat sendiri, bukan soal kompetitor yang beranjak jauh. Sikap Demokrat yang berjiwa kerdil, bukan berjiwa besar. Menghadapi persaingan dengan model kepiting, bukan semut yang mampu bekerja sama.
Oposan yang berkelas itu akan membangun narasi baik, bukan semata menyalahkan, apalagi menilai keliru hal yang baik secara umum. Kalau itu kan ngaco. Bangsa ini terutama elitnya harus belajar dewasa, menilai secara obyektif, bukan semata subyektif, asal berbeda, alias waton sulaya.
Oposan atau pemangku kebijakan itu sama-sama membangun negeri, jangan sampai malah pihak lain merusak bangunan yang ada. Kalau begitu kan repot. Kapan majunya coba. Masukan itu demi bangsa, jangan khawatir kalau akan menjadikan pihak rival besar. Nah lagi-lagi lupa sisi spiritual bukan jika mengatakan masukan akan merugikan diri sendiri. Tuhan tidak suka orang kikir lho, apalagi demi negara.
Entah sampai kapan kegaduhan demi kegaduhan kog selalu timbul. Padahal sinergi akan sangat membantu negeri ini lebih cepat melaju menuju kepada kejayaan. Itu perlu kerja sama, bukan malah mencapit untuk menjatuhkan.
Negara ini besar, perlu mulai berpikir besar, bukan lagi remeh temeh hanya jabatan dan kekuasaan semata. Waktunya membangun dan menyejahterakan anak bangsa secara menyeluruh.
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H