Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tanaman dan Buku Bacaan, Kado Unik Akhir Tahun

24 Desember 2020   20:14 Diperbarui: 24 Desember 2020   20:35 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tanaman dan Buku Bacaan, Kado Indah untuk Natal dan Tahun Baru

Sejak awal sudah mau menuliskan memberikan atau menerima buku itu asyik sebagai salah satu alternatif tukar kado. Masalahnya sudah didahului Admin dengan ledekan itu hadiah Agustusan, jadi perlu dijelaskan dengan kata buku bacaan. Beda dengan dengan acara anak-anak yang memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan.

Mau memilih bunga juga dikiranya nanti mau kencan, akhirnya memilih kata tanaman dalam judul. Lagi ngetren ke mana-mana pada berburu tanaman, khususnya bunga. Ada kisah  tragis sebagai sebuah pengantar saja, awal bulan lalu, ada pekerja yang biasa merapikan tanaman pagar dan batas tanah. Eh bicara soal tanaman janda bolong sedang mahal, eh malah ia babat dan dibuang. Dua hari baru sadar, untung masih bisa terselamatkan.

Tukar tanaman asyik juga sebagai kado akhir tahun. Mengapa?

Berkebun, bertanam itu asyik, jangan katakan murah juga. Kini menjadi mahal, ketika bunga, khususnya tanaman sedang naik daun. Aktivitas di rumah saja membuat orang kreatif untuk menciptakan aktivitas. Salah satunya adalah berkebun atau bercocok tanam. Ada berbagai alternatif untuk itu, aneka tanaman bisa dipilih.

Jika memang tanah masih cukup luas, bisa memilih tanaman buah dengan pohon besar seperti durian, nangka, mangga, rambutan, dan jenis tanaman keras, besar, dan butuh tempat cukup luas. Pertimbangan awal jelas sudah harus diambil sejak awal. Perawatan memang relatif mudah untuk tanaman keras dan besar ini. Hobi yang bisa memuaskan jika berbuah, atau malah bisa memberikan masukan keuangan. Kan lumayan.

Bonsai atau tanaman mini . Ini perlu ketelatenan, ketrampilan, dan pengetahuan yang mumpuni. Seni bonsai bukan semata kerdil dan kecil, namun juga ada seni dan aturan-aturan bakunya. Sangat menjanjikan kalau mau serius.  Jenis pohon, jenis bonsai, dan aneka trik dan trip sangat membantu semangat untuk berkreasi.

Bunga, mau yang hanya mengandalkan daun sebagai mana aglonema, atau memang suka akan bunganya sebagaimana mawar atau anggrek. Beribu-ribu jenis, karakter masing-masing, dan perawatan yang kadang tidak mudah membuat  orang untuk enggan menekuni bertanam bunga ini. Padahal jika sudah kenal karakternya akan sangat mengasyikan.

Pertimbangkan juga mau menikmati apanya sejak awal, keindahan daun, kerimbunan pohon, mau menikmati buah, atau bunganya, atau apa. tanaman sekarang juga kadang demi kesehatan.  Seorang rekan mengatakan mertunya beralih kesukaan tanaman buah, merawat jelas bisa menikmati buahnya. Artinya jangan membeli atau mengusahakan tanaman bunga jika demikian.

Lingkungan menjadi asri, segar, dan jelas ada udara yang jauh lebih bersih jika rumah itu banyak tanaman. Risikonya adalah guguran daun, ulat, dan kadang bisa juga ular. Ini risiko yang memang perlu diterima.

Jika semua keluarga itu mau, sayur dan lombok minimal tidak perlu beli bisa. Sesempit-sempitnya rumah, toh masih ada bagian genteng yang bisa dijadikan tempat menaruh barang satu atau dua kaleng bekas cat untuk bertanam dua jenis itu, satu sayur, satu lombok. Dua komoditas yang kalau pas naik sangat memberatkan itu.

Bertanam juga perlu contoh dan kadang paksaan dulu. Tidak perlu mahal dan hidroponik sebagaimana sekarang marak. Ada cara sederhana dan mudah juga.

Buku Bacaan

Miris, kesukaan siswa bangsa ini amat rendah untuk membaca. Nah alternatif hadiah unik adalah buku bacaan. Mulai dari anak-anak dengan komik, remaja dengan novel, dan sebagainya. Membaca itu perlu juga paksaan, selain contoh dari orang tuanya. Lha bagaimana bisa ketika orang dewasa, atau orang tuanya tidak pernah membaca, anak tidak pernah melihat aktivitas membaca anak-anak bisa suka bacaan.

Guru pun memiliki tanggung jawab yang sama. Berapa anggaran guru membeli buku dalam periode waktu tertentu. Atau berapa banyak buku yang dibeli dan dibaca dalam waktu yang dipilihnya. Misalnya seminggu atau sebulan.  

Cara memegang buku saja sudah ketahuan kog, mana pecinta buku atau hanya pencitraan membeli atau membawa buku. Ini tabiat yang akan berkembang menjadi budaya, sayangnya adalah tabiatnya tidak baik lebih dominan.

Membiasakan memberikan buku bacaan kepada anak-anak diharapkan akan meningkatkan kesenangan dan budaya baca. Apalagi jika ada waktu khusus yang disepakati dalam keluarga, matikan televisi dan aktivitas membaca. Diskusikan yang tidak paham atas bacaan itu. Jangan katakan sibuk sebagai dalih atas kemalasan dan kebodohan.

Label pada anak  berkaca mata tebal, namanya saja menjadi kutu buku pula, membuat kesukaan membaca menjadi jelek citranya. Orang serius, kaku, dan tertutup lebih kental. Padahal tidak semuanya demikian. Hal yang dipakai pula oleh media hiburan untuk menciptakan stereotip  yang sama, jadi gambaran buruk. Kegiatan baik yang malah disingkiri. Mengirimkan berita hoax, sepenggal malah menjadi sebuah kebiasaan dan kebanggaan. Hal yang aneh dan lucu.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun