Bertanam juga perlu contoh dan kadang paksaan dulu. Tidak perlu mahal dan hidroponik sebagaimana sekarang marak. Ada cara sederhana dan mudah juga.
Buku Bacaan
Miris, kesukaan siswa bangsa ini amat rendah untuk membaca. Nah alternatif hadiah unik adalah buku bacaan. Mulai dari anak-anak dengan komik, remaja dengan novel, dan sebagainya. Membaca itu perlu juga paksaan, selain contoh dari orang tuanya. Lha bagaimana bisa ketika orang dewasa, atau orang tuanya tidak pernah membaca, anak tidak pernah melihat aktivitas membaca anak-anak bisa suka bacaan.
Guru pun memiliki tanggung jawab yang sama. Berapa anggaran guru membeli buku dalam periode waktu tertentu. Atau berapa banyak buku yang dibeli dan dibaca dalam waktu yang dipilihnya. Misalnya seminggu atau sebulan. Â
Cara memegang buku saja sudah ketahuan kog, mana pecinta buku atau hanya pencitraan membeli atau membawa buku. Ini tabiat yang akan berkembang menjadi budaya, sayangnya adalah tabiatnya tidak baik lebih dominan.
Membiasakan memberikan buku bacaan kepada anak-anak diharapkan akan meningkatkan kesenangan dan budaya baca. Apalagi jika ada waktu khusus yang disepakati dalam keluarga, matikan televisi dan aktivitas membaca. Diskusikan yang tidak paham atas bacaan itu. Jangan katakan sibuk sebagai dalih atas kemalasan dan kebodohan.
Label pada anak  berkaca mata tebal, namanya saja menjadi kutu buku pula, membuat kesukaan membaca menjadi jelek citranya. Orang serius, kaku, dan tertutup lebih kental. Padahal tidak semuanya demikian. Hal yang dipakai pula oleh media hiburan untuk menciptakan stereotip  yang sama, jadi gambaran buruk. Kegiatan baik yang malah disingkiri. Mengirimkan berita hoax, sepenggal malah menjadi sebuah kebiasaan dan kebanggaan. Hal yang aneh dan lucu.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H