Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Yaqut Cholil Qoumas, Film "?" dan Tontonan Liburan Sepanjang Masa

23 Desember 2020   09:32 Diperbarui: 23 Desember 2020   09:36 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Yaqut Cholil Qoumas, Film "?", Tontonan Liburan Natal Sepanjang Masa

Liburan Natal biasanya media televisi menyiarkan film Home Alone, mulai tahun berapa sampai lupa. Yang pasti si pemain sudah tua, masih saja diputar. Toh masih laku, nyatanya iklan juga banyak. Memang menghibur sih dengan keberadaan tayangan itu. Kreatifitas, keberanian, dan kemandirian seorang anak.

Jangan bicara logika, nalar, atau sejenisnya. Yang pasti apik menghibur, dan menjadi teman ketika mengisi waktu kosong. Tetapi apa ya akan selamanya. Ada sebuh alternatif yang bisa menjadi potensi solutif.

Film "?"  Layak menjadi hiburan yang baik bagi bangsa ini. Beberapa alasan yang patut dijadikan bahan pertimbangan;

Film produksi anak negeri. Tidak harus Natal itu dengan hal yang Barat, asing, salju, atau cemara. Itu semua simbol. Memang ada di film Home Alone karena memang temanya Natal. "?" tanda tanya, atau film tanda tanya ini juga terinspirasi kisah heroik, faktual, dan toleransi umat beragama di Indonesia.

Salah satu anggota Banser Ansor menjadi korban bom Natal. Inspirasi dari agama sebagaimana kata Menag Baru, di mana agama bukan aspirasi, namun inspirasi. Cocok dengan apa yang ditampilkan oleh film ini. Benar bahwa ini bukan sepenuhnya berisi kisah  nyata. Hanya ada bagian-bagian yang itu sepenuhnya fiksi dan itu demi kepentingan ekonomi bisnis dan menghibur. Toh secara esensial tetap sosok Riyanto sebagai tokoh utama, toleran, dan inspirasi beragama  itu penting.

Agama inspirasi bukan aspirasi. Keadaan akhir-akhir ini cenderung dipenuhi dengan penggunaan agama sebagai cara dan sarana untuk memperoleh kekuasaan. Adanya mayat dan ayat dalam kampanye dan demo jelas memperlihatkan agama menjadi aspirasi. Pilihan bagus oleh Ketua Ansor yang akan dilantik menjadi Menag ketika memperkenalkan diri.

Penayangan film ini menuai pro dan kontra, pasti orang dan kelompok itu-itu lagi. Dasarnya sama, aspirasi agama. Film, apapun jenisnya, apapun motivasinya, fihak lain kan hanya tahu asumsi dan menerka, dan menghakimi, tanpa tahu sejelas-jelasnya. Ribet dan ribut yang ada.

Kembali gelombang penolakan terjadi ketika film ini mau ditayangkan media televisi. Studio digerudug ormas dengan lagi-lagi dalih agama. Apanya sih yang berbahaya dan membahayakan?

Iman dan agama itu proses. Bagaimana mungkin hanya menonton film kemudian agamanya goyah. Hal yang layak dijadikan permenungan bersama, bagaimana proses beragama dan beriman yang mendalam.

Toleransi. Hal yang prinsip dalam hidup bersama. Keberadaan toleransi bukan mereduksi iman dan agama. Kebersamaan dengan yang ada adalah kawan seperjalanan peziarahan menuju kepada Yang Satu. Agama bukan persaingan, namun rekan sejalan. Justru saling menjaga dan memelihara agama masing-masing jauh lebih baik dan indah.

Sikap curiga dan saling memusuhi itu diciptakan. Siapa-siapa di balik itu tidak penting. Namun bagaimana membentengi diri dan relasi bersama dengan sikap kasih. Kecurigaan bisa terkikis jika mau membuka hati dan mengedepankan kasih.

Urusan politik ekonomi yang membuat agama berseteru, bersitegang, dan ujung-ujungnya adalah pemaksaan kehendak, kekerasan, dan mirisnya pertumpahan darah. Hal-hal yang jauh dari esensi agama yang sejati.

Natal itu suka cita, damai sejahtera. Ini adalah perayaan, bukan soal teologis yang mau dipaksakan, jika orang menjadi alergi. Itu juga silakan, tidak ada paksaan untuk tetap menonton.  Tetapi hargai dan juga hormati hak pihak lain yang mau memberikan dukungan dengan sikap toleran mereka.

Yaqut Cholil Quomas telah memberikan bukti selama ini menghadapi kelompok-kelompok intoleran. Ia telah menjadi garda terdepan untuk Nusantara yang memangg Bhineka Tunggal Ika. Pidato perkenalannya juga demikian. Layak ditunggu ketika sudah menjabat. Mengapa?

Jabatan itu tidak sendirian, dan itu sangat susah. Politik, bisnis, dan juga aneka kepentingan sangat mungkin berkait-kaitan dan menjadi kondisi tidak mudah. Lihat Menag Fahrul Razi juga mengelegar dan menggebrak awalnya. Toh sam saja. Ini bukan soal kemampuan dan keberanian semata, namun bagaimana menyikapi berbagai-bagai kepentingan.

Agama itu inpirasi. Bagus, sepakat, dan setuju banget. Semua berlandaskan petunjuk agama, bukan semata labelnya, namun justru esensinya. Nah masalahnya adalah, bagaimana sampai pada esensi ketika orang riuh rendah pada yang masih sekelas label.

Film "?" tanpa mau melihat sudah menghakimi, menggunakan paradigma dan asumsi kebiasaan. Miris, jangan salah, ini juga merasuki elit umat beragama. Tidak semata umat awam, termasuk petinggi dan tokoh beragama. Semua agama memiliki potensi yang sama, mau merusak atau membangun itu pilihan.

Inspirasi dari sikap toleran Riyanto bisa menjadi inspirasi ataupun masukan bagi siapa saja yang memang berkehendak untuk menggali agama sebagai sumber inspirasi. Kekayaan agama bukan malah direduksi menjadi remah-remah yang melemahkan.

Selamat bertugas Menag Yaqut dan selamat menginspirasi orang beragama di Nusantara yang sekian lama telah tersesat dan menyesatkan diri. Harapan besar masyarakat bukan hanya waktu pelantikan tentunya.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun