Kalau saran saya sih, jangan berharap banyak soal award, ketika menulis saja masih nunak nunuk, atau kadang nulis, kadang lupa. Konsistensi jelas yang utama.
Belum tentu juga sudah lama tidak terdengar, tidak pernah NT atau terbaca rekan-rekan, pada waktu lain mulai naik lagi. Pengalaman Kner Katedrarajawen saya lihat demikian. nomine zaman kuno, kini nomine lagi.
Proses dan keseriusan untuk bertekun. Saling sapa, mau kunjungan, mau ngunjungi, juga mau membalas. Cilaka, kalau ada komentar dicuekin saja. Ini Kompasiana, bukan Kompas atau koran cetak. Orang bisa menjadi respek kalau dikunjungi dan dibales.
Era kolonial memang beda, kini era milenial, komentar dan saling ledek keknya minim, tetapi vote dan saling basa-basi tetap masih memegang kunci. Ini nada dasar di manapun menulis dan main blog.
Saling berbalas artikel kini sudah tidak akan mewarnai lagi, karena beda dinamika, lain slogan yang menjadi ciri kebersamaannya, pun  motivasinya macam-macam.
Kin, ketika reward menjadi pokok, lha dulu mana ada reward, rewardnya adalah kebersamaan, kunjungan, ledekan, dan juga kadang makian. Ini kesempatan mengenalkan diri, bagi yang ngarep award lho.
Semua itu pengalaman, yang awalnya bukan mengejar award, saya ini bukan siapa-siapa, hanya pelengkap yang kebetulan banyak yang membaca dan kemudian memilih. Mana berani berharap, bisa menjadi jawara di Kompasiana yang begitu gede dan keren.
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H