Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tidak Termakan Provokasi, Jokowi Ahli Menghadapi "Tantrum"

15 November 2020   10:49 Diperbarui: 15 November 2020   10:54 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jokowi Ahli Menghadapi "Anak Tantrum", Tidak Termakan Provokasi

Perilaku Rizieq hari-hari ini adalah ungkapan caper, cari perhatian yang biasa dilakukan anak-anak. nangis berguling-guling demi mendapatkan apa yang ia inginkan. Jokowi sudah terbiasa menghadapi hal demikian. Ia seorang bapak yang paham psikologi anak. membiarkan itu hal yang paling bijaksana.

Literatur ilmu jiwa memang menyarankan demikian. Anak yang sedang tantrum jangan dibujuk, dirayu, atau diberikan janji-janji manis agar ia diam. Biasanya dilakukan karena orang tuanya malu dan menghentikan dengan segera adalah memberikan keinginannya dan selesai. 

Hal yang akan dipakai lagi di waktu lain. Trik yang dimenangkan anak akan dipakai terus hingga mati. Mosok orang tua tantrum? Ya mekanisme dan teknisnya lain tentu saja. Memaksakan kehendak agar keinginannya tercapai dan orang lain turut keinginannya.

SBY kala 2016 melakukan protes sangat keras, Jokowi hanya diam saja, ada pula malah mengunjungi Prabowo sebagai oposan utaman dari pada SBY. Mengunjungi Hambalang, ketika SBY mengunjungi Jawa dengan narasi kecenderungan menisbikan capaian pemerintah dan menaikan prestasinya. Langsung balik kanan dan berhenti apa yang ia lakukan.

Sukses Jokowi, bukan malah tantrum anak menjadi mekanisme terulang. Cukup lama SBY tidak berlaku demikian, hingga akhir-akhir ini kembali seperti itu. Toh tidak lagi begitu berdampak. Eh kini ada penggantinya.

Riziek dan Perilaku Capernya

Beberapa hal layak dicermati, bahwa ini bukan aksi spontan, namun sebuah aksi yang direncanakan. Ada rencana yang saling  bertautan antara aksi dan reaksi untuk tujuannya jelas Jokowi ganti. 

Sering narasi itu tersebut dengan gamblang dalam aksi-aksi yang terafiliasi pada mereka. Tidak gampang memang mengganti presiden, tetapi fokus bukan pada penggatian presiden, namun risiko dalam hidup bersama yang perlu dicermati.

Sering ada ungkapan, pemerintah lemah, polisi ke mana, percuma didukung jika keadaan seperti ini. Ya wajar, karena pandangan kan terbatas. Pemerintah kan berbeda, memiliki sudut cakrawal yang lebih luas, menyeluruh, dan RS dkk juga rakyatnya. Ini yang tidak dilihat oleh para pendukung yang kini sedang panas dingin.

Jokowi atau pemerintah bisa menangkal RS pulang, tetapi apa bedanya dengan Soeharto jika demikian? Apa iya mau ada Orba jilid dua?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun