Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karena Kompasiana Merasakan Kelas S2 Via Zoom

16 Oktober 2020   20:12 Diperbarui: 16 Oktober 2020   20:19 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: gambar dokumen pribadi

Persoalan yang muncul adalah, apakah itu nanti tidak lagi-lagi jatuh pada seremoni, ritual yang hanya begitu-begitu saja. Lihat saja bagaimana upacara dan sikap cinta tanah air juga tidak banyak memberikan dampak  yang terasa.

Guru sebagai agen perubahan, fasilitator, dan sosok yang diugemi di sekolah, tidak semua pecinta, apalagi sampai maniak buku dan membaca. Bagaimana murid suka membaca jika gurunya saja tidak pernah memperlihatkan minat apalagi kesukaan membaca.

Dua, usai suka dan senang membaca, nanti sangat mungkin akan jadi juga suka menulis. Guru bukan semata membacakan buku ajar, namun juga dimungkinkan menulis buku ajar sendiri. Jelas ini meningkatkan banyak hal bagi guru, sekolah, dan juga peserta didik.

Hal yang sangat perlu dianimasikan, dikenalkan, dan dijadikan bahan bagi guru untuk berlomba-lomba menjadi penulis. Kebiasaan membaca itu menjadi penting.

Tiga, masalah pendidikan jarak jauh, awalnya sudah saya katakan, sangat rentan, anak yang kreatif, memiliki dua gadget, sangat mungkin terjadi, satu alat untuk membaca dan mengerjakan soal, satunya untuk googling atau mencari jawaban dari internet. Ternyata salah satu mahasiswa mengatakan fakta adiknya pernah melakukan hal yang demikian.

Hal yang sederhana sebenarnya bisa menjadi alternatif solusi. Bisa test bentuk uraian, bukan pilihan ganda. Anak diajak eksploratif, bukan memilih yang sangat mungkin mendapatkan bantuan dari internet. Memang guru akan banyak kehilangan waktu.

Alternatif lain dengan test lisan. Anak ditanya dan dijawab bisa dengan jawaban pendek, atau laiknya uraian. Kreatifitas dari pendidik sangat penting.

Empat, tugas sampingan guru itu sangat berat. Administrasi itu bukan pekerjaan remeh dan enteng. Sangat susah lho, jangan bayangkan hanya datang berdiri di kelas dan selesai. Tidak. Persiapan mengajar itu jauh lebih berat.

Kadang, hal-hal yang bisa dialihkan pada petugas administrasi, namun entah belum pernah terdengar adanya upaya membebaskan atau meringankan guru dari kertas model ini. Jika ini dilakukan pegawai lain, sangat mungkin jauh lebih profesional untuk kegiatan utama, belajar dan mengajar.

Lima, usai kuliah itu ya selesai belajar. Padahal tidak demikian. Belajar itu seumur hidup. Ketika orientasi itu gelar dan ijazah, jangan harap ada guru yang pembelajar, ia sendiri juga belajar terus menerus.

Kebiasaan membaca itu perlu dibudayakan, ada keteladanan dan pola yang bisa diikuti. Hal yang sangat susah memang karena pembiaran sekian lama, budaya smartphone yang masif tanpa kesadaran ada kikisan yang sangat kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun