Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa di Balik "Pembully" Demokrat?

11 Oktober 2020   14:21 Diperbarui: 11 Oktober 2020   14:23 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Entah kebetulan atau memang benar adanya, eh satu demi satu fakta Demokrat ada di balik itu semua seolah benar. Sekarang bagaimana menjawab, rusuh Jogja ada keterlibatan orang Demokrat, kelas elit. Lucu lah mosok mimpin demo pakai pakaian Demokrat, kampanye apa demo? Maunya si biar kelihatan kalau membela dan bersama buruh.

Bagaimana menjawab, elit lain sedang memantau "jalannya" demo dan rusuh? Persepsi publik bisa saja mengatakan mereka benar-benar mengawal aspirasi buruh. Tetapi bisa juga yang meyakini bahwa mereka sedang memantau bagaimana jalannya rancangan mereka. Ingat, pernyataan dan rumor di media sosial sebelumnya. Ini sama-sama bisa dipertanggungjawabkan runtutan kisahnya.

SBY biasa, turun gunung dan mengatakan bukan mereka yang berlaku demikian. Toh dengan cepat netizen juga menemukan bukti dan pemberitaan, kader mereka mengaku mendukung mahasiswanya untuk demo dan memberikan uang makan. Jelas ini adalah kontradiksi yang mereka sendiri tidak pikirkan akan terkuak.

Menantu-menantunya bernarasi, banyak yang rindu SBY. Keadaan seperti ini malah kampanye, lah dugaan dan juga tudingan kalau mereka menjadi penyandang dana makin kuat. Tidak terbantahkan atau terpatahkan, malah seolah mendapatkan pembenar dan penguat fakta-fakta yang ada.

Demokrat ini kelihatannya merancang dengan cukup rapi, sayang bahwa ini era digital, semua dengan mudah terakses dan bisa terbuka dengan gamblang. Step by step yang mereka maui itu tidak disangka malah saling tuding dan saling menguatkan asumsi awal. Akhirnya belepotan sendiri.

Kredo mereka satu lawan terlalu banyak itu ternyata tidak berlaku, karena memakai topeng, di mana memainkan permainan dua kaki. Wajar banyak pihak yang merasa menjadi korban, dimanfaatkan, dan ditelikung kemudian marah dan mengintai untuk membalas.

Lihat mereka pada masa lalu mendapatkan pimpinan dewan melalui KMP padahal mereka tidak melakukan apa-apa untuk pemilu bersama KMP. Itu hanya salah satu faktanya. Sering memainkan politik dua kaki. Nah kini siap-siap panen saja.

Tidak mungkin ini tidak ada yang  menyeting semuanya. Mosok semua ada bukti dan sangat jelas, gamblang, dan terang benderang begitu. Meminjam istilah Pak Beye. Benar Demokrat sangat kecil, tidak cukup signifikan, tetapi perlakukan ketika gede dan berkuasa, siapa yang tahu bukan?

Belepotan tudingan penyandang dana susah dilepaskan. Sama dengan ketika katakan tidak pada [hal] korupsi itu hingga kini tetap lekat pada si mercy ini. Skenario  gagal yang memilukan sebenarnya.

Terima kasih dan salam
Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun