Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Prabowo?

9 Agustus 2020   19:36 Diperbarui: 9 Agustus 2020   19:48 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengapa Prabowo

Prabowo kembali menjadi ketua umum Partai Gerindra. Sangat normal di alam demokrasi ala Indonesia. Tentu tidak ingin seperti Hanura yang langsung terjun bebas dengan keberanian Wiranto melepaskannya. Tentu tidak ingin hal itu terjadi.

Faksi di Gerindra cukup tajam dan kuat. Beberapa indikasi bisa dilihat, bagaimana Puyuono bisa seenaknya menertawakan pihak lain, dan pada posisi itu Habiburohman marah dan mengatakan menegur keras. Toh tidak ada apa-apa dari sana.

Atau bagaimana perilaku Fadli Zon yang ugal-ugalan dalam banyak hal. Mengaku kritikan namun cenderung waton sulaya, tanpa bukti valid, apalagi bicara solusi. Prabowo saja pernah di depan publik mengatakan, tidak bisa mengendalikan Fadli. Artinya jelas. Kuat dan memiliki jaringan yang cukup liat.

Begitu mengadakan KLB, spekulasi yang ada adalah 2024, bukan siapa ketum partai. Siapa yang bisa melawan keberadaan Prabowo karena memang partai ini lahir untuk dan demi Prabowo dalam pilpres.  Bermunculanlah spekulasi akan bersama siapa dan partai apa.

Megawati yang datang dikatakan sebagai sebuah kemungkinan kembalinya kolaborasi PDI-P dan Gerindra seperti pada masa lalu. Hal yang normal, di mana permainan politik bangsa ini ya memang seperti itu.

Ada pula aksi Demokrat, ketika AHY memajang photo bersama Prabowo, langsung ramai-ramai mengatakan kalau pasangan ideal. Memang ideal? Sangat tidak. Mengapa?

Keduanya militer. Mantan militer, kolaborasi politik yang buruk. Tidak soal antimiliter atau apa, namun keduanya dengan latar belakang militer sangat tidak pas. Belum lagi kapasitas AHY yang sangat jauh terlalu hijau untuk level RI-2. Termasuk untuk lima tahun ke depan. Terlalu kecil melihat kemampuan memahami keadaan, mengelola keadaan baik politik, private, dan juga sosial.

Pembuktian kapasitasnya sebagai seorang pemimpin level nasional, stagnan, keberanian melangkah dengan gagah dalam jalur sendiri juga nihil. Susah melihat Demokrat bisa berjaya sebagaimana era 2004-2009, jauh dari itu semua. Pilkada juga tidak menunjukkan secara nyata bagaimana gambaran suara mereka.

Ketokohan SBY era itu, berbeda dengan yang sekarang. Apalagi duet AHY-EBY juga hanya begitu-begitu saja, tidak ada yang baru, orisinil, dan solutif. Khas oposan yang waton sulaya bukan oposisi berkelas. Pilihan yang tidak disadari tampaknya, itu sia-sia dan cara kuno. Muda, demokrat pula, tapi kog masih berperilaku seperti era 50-an, bahkan 40-an.

PA 212 malah menolak mentah-mentah Prabowo. Mereka mulai melirik Anies, Sandi, dan Rizieq. Menarik ini, kira-kira, mereka ini paham politik, atau hanya asal  ribut dan demi dapat "orderan"?

Mereka lupa, Sandi itu partainya apa? Gerindra, sangat mungkin dan hanya bisa bersama Prabowo. Benar logistik aman, tetapi partai pengusung? Ini tidak kalah penting dengan logistik alias uang. Aneh dan lucu atau naif kalau berpikir nama Sandi bagi mereka. Kolaborasi mereka toh sudah pernah gagal, hanya mengenang masa lalu di pilkada DKI. Ini kasus jauh berbeda, hanya memang mereka tidak pernah berkembang. Hanya itu saja fokusnya.

Anies, ini memang andalan mereka. Lagi-lagi partai apa yang akan mengusung calon ini dan keinginan mereka. PKS? Mana mampu suara sekecil itu. Pun mereka telah gagal total dalam banyak kasus, pilkada DKI, pilihan wagub DKI, pilpres berkali-kali. Artinya mereka tidak cukup mampu menjalin relasi dan komunikasi politik. Mana bisa bekerja.

Kemampuan finansial juga cekak. Susah melihat Anies bisa membeayai kampanyenya, pun kreatifitas penggalangan dana sama sekali tidak bisa diyakini. Susah melihat kaki penopang keuangan dari si calon ini.

Rizieq, ini sih dagelan. Kapasitas apa yang mau ditampilkan. Mewakili apa sebagai seorang capres itu? kepemimpinan model apa yang mau ditawarkan, bukan semata klaim, tetapi bukti nyata. Lha mengurus dirinya sendiri saja kacau.

Keuangan juga tidak ada kemampuan yang cukup meyakinkan. Susah melihat kemungkinan ini, selain hanya gagasan maaf konyol alias lucu-lucuan. Memperlihatkan realitas berpolitik mereka hanya sekadar omong gede.

Pembuktian mereka juga hanya omong ketika memperjuangkan Prabowo-Sandi mereka kalah. Kekalahan yang ditutupi dengan klaim curang, bahkan sejak jauh hari sebelum pemilu sudah didengungkan. Lha apa bukan sebuah keyakinan atau afirmasi, bahwa mereka sudah meyakini dulu kalah sejak awal? Terjadi betulan.

Model campur aduk agama dan politik, semakin lama semakin tidak populer. Sekali lagi, kemenangan pilkada DKI 2017 yang diklaim karena jasa mereka. Padahal banyak faktor yang berperan kala itu.

Apa kata PA 212 soal Prabowo tidak penting, hanya lucu-lucuan, hiburan di antara panasnya tensi politik. Nama Prabowo masih cukup menjual dan tenar dalam banyak kemungkinan dan kalkulasi politik, itu poin pentingnya.

Ormas  jejadian yang tidak memiliki peran dan fungsi, hanya karena banyak mulut dan sering bicara, sehingga seolah memiliki segalanya. Salah satu fungsi demokrasi yang mirisnya mereka tolak namun juga dimanfaatkan.

Upaya mempermainkan SARA yang oleh sebagian pihak dijadikan pola utama, toh banyak pula yang makin tidak percaya. Hal yang akan mendewasakan bangsa ini dalam berpolitik. Peran Prabowo cukup sentral ketika ia yang dulu menjadi andalan, dan kemudian menjadi "musuh" karena pilihan politik yang berbeda.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun