Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Prabowo?

9 Agustus 2020   19:36 Diperbarui: 9 Agustus 2020   19:48 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mereka lupa, Sandi itu partainya apa? Gerindra, sangat mungkin dan hanya bisa bersama Prabowo. Benar logistik aman, tetapi partai pengusung? Ini tidak kalah penting dengan logistik alias uang. Aneh dan lucu atau naif kalau berpikir nama Sandi bagi mereka. Kolaborasi mereka toh sudah pernah gagal, hanya mengenang masa lalu di pilkada DKI. Ini kasus jauh berbeda, hanya memang mereka tidak pernah berkembang. Hanya itu saja fokusnya.

Anies, ini memang andalan mereka. Lagi-lagi partai apa yang akan mengusung calon ini dan keinginan mereka. PKS? Mana mampu suara sekecil itu. Pun mereka telah gagal total dalam banyak kasus, pilkada DKI, pilihan wagub DKI, pilpres berkali-kali. Artinya mereka tidak cukup mampu menjalin relasi dan komunikasi politik. Mana bisa bekerja.

Kemampuan finansial juga cekak. Susah melihat Anies bisa membeayai kampanyenya, pun kreatifitas penggalangan dana sama sekali tidak bisa diyakini. Susah melihat kaki penopang keuangan dari si calon ini.

Rizieq, ini sih dagelan. Kapasitas apa yang mau ditampilkan. Mewakili apa sebagai seorang capres itu? kepemimpinan model apa yang mau ditawarkan, bukan semata klaim, tetapi bukti nyata. Lha mengurus dirinya sendiri saja kacau.

Keuangan juga tidak ada kemampuan yang cukup meyakinkan. Susah melihat kemungkinan ini, selain hanya gagasan maaf konyol alias lucu-lucuan. Memperlihatkan realitas berpolitik mereka hanya sekadar omong gede.

Pembuktian mereka juga hanya omong ketika memperjuangkan Prabowo-Sandi mereka kalah. Kekalahan yang ditutupi dengan klaim curang, bahkan sejak jauh hari sebelum pemilu sudah didengungkan. Lha apa bukan sebuah keyakinan atau afirmasi, bahwa mereka sudah meyakini dulu kalah sejak awal? Terjadi betulan.

Model campur aduk agama dan politik, semakin lama semakin tidak populer. Sekali lagi, kemenangan pilkada DKI 2017 yang diklaim karena jasa mereka. Padahal banyak faktor yang berperan kala itu.

Apa kata PA 212 soal Prabowo tidak penting, hanya lucu-lucuan, hiburan di antara panasnya tensi politik. Nama Prabowo masih cukup menjual dan tenar dalam banyak kemungkinan dan kalkulasi politik, itu poin pentingnya.

Ormas  jejadian yang tidak memiliki peran dan fungsi, hanya karena banyak mulut dan sering bicara, sehingga seolah memiliki segalanya. Salah satu fungsi demokrasi yang mirisnya mereka tolak namun juga dimanfaatkan.

Upaya mempermainkan SARA yang oleh sebagian pihak dijadikan pola utama, toh banyak pula yang makin tidak percaya. Hal yang akan mendewasakan bangsa ini dalam berpolitik. Peran Prabowo cukup sentral ketika ia yang dulu menjadi andalan, dan kemudian menjadi "musuh" karena pilihan politik yang berbeda.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun