Kesepuluh. Latar belakang Deny Indrayana jauh dari birokrasi. Seorang akademisi dan aktivis. Jauh lebih penting ilmunya untuk pendidikan generasi muda masa depan bangsa sejatinya. Gubernur belum tentu bisa ia emban dengan sangat baik.
Kesebelas. Benar ia putera daerah, apakah ia kenal dengan baik daerahnya? Atau malah jangan-jangan hanya numpang lahir? Melihat  data pribadinya sebagaimana kata Wikipedia, lebih banyak usianya di luar Kalimantan Selatan. Pekerjaan dosen di Jogyakarta, jelas studi di sini selain di luar negeri. Pemahaman soal Kalimantan Selatan apa memadai.
Keduabelas. Tokoh Gerindra mengatakan Kalimantan Selatan perlu pemimpin baru apalagi di tengah pandemi seperti ini. Sangat mendasar dan krusial. Kalimantan Selatann termasuk sangat tinggi. Apalagi mau membandingkan dengan jumlah penderita dan penduduk. Sangat mungkin nomor satu di Indonesia. Lagi-lagi, apakah kapasitas Deny mampu menjawab tantangan ini?
Berkaitan dengan ulasan di atas, cenderung Deny diajukan sebagai calon karena balas jasa Gerindra dan Prabowo yang sudah  mati-matian dibela di meja peradilan ketika mengajukan sengketa pilpres. Mau ngaco atau tidak, toh anggapan kubu mereka ini sebuah prestasi. Susah melihat Deny memiliki cukup kapasitas sebagai pimpinan daerah. Ingat bukan soal kemampuan sebagai aakademisi dan aktivis. Beda ulasan.
Miris sebenarnya, ketika orang sudah profesional di bidangnya, digoda masuk politik dan kalau berhasi sih bagus. Kalau gagal? Wong daerah kog dipimpin dengan coba-coba. Apa kalau tenar mesti pintar dan mampu memimpin?
Paradigma partai politik potong kompas dan instan masih terlalu kuat. Enggan dan abai proses berpolitik. Pokok menang dan kadang juga menggunakan segala cara asal dapat kursi dan menang. Kapan memberikan pembelajaran politik?
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H