Rasa yang sama..
Tidak berdaya, ditambah istri dan anak-anak yang bangga...
Itu pembina Papa, ia itu pembimbing suamiku lho....
Binar kebanggaan itu apa mungkin mau mendengar kata-kata bangsat, matikan, munafik, muak???
Bagaimana kalian tahu, apa yang kami alami. Sekian tahun hanya diam di antara puja dan puji kalian-kalian pada si manusia bangsat munafik itu.....
Aku salut pada Mas Ben yang tetap tenang...Mas Boy marah besar, belum pernah aku lihat ia semarah itu. Untung anak-anak sudah tidur, antara capek dan juga senang.
Ketika Mas Boy sudah reda dan tenang, aku meminta maaf, dengan tulus aku merasakan apa yang ia rasakan. Antara tidak berdaya, di sisi lain ada pemuja yang tidak tahu perilaku lain di balik kerennya pernyataan dan sikapnya itu.
Mas Ben hanya diam, ia jelas tidak merasakan atau menjadi korban, sebagaimana ia katakan kemarin, tidak ada masalah dengan siapapun di seminari.
Berdasar kisah nyata. Baru saja mendengar, dan sangat tidak percaya membaca di layar smartphone si idola itu ternyata.....
Idola itu hanya pada Tuhan Yang Sempurna, semua manusia terbatas. Mengidolan orang hanya kecewa yang ada.
Terima kasih dan salam