Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] Putih Cintamu Seputih Jubahku

26 Juli 2020   20:19 Diperbarui: 26 Juli 2020   20:11 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasihan sebenarnya, bagaimana tidak, ini bukan sekolah yang hanya mengandalkan kemauan semata, namun juga rencana Ilahi ada di sana. Bagaimana jika Tuhan menghendaki aku misalnya harus di luar untuk tugas yang aku belum mengerti. Pengalaman membuktikan sebenarnya Tuhan memiliki rencana yang lebih baik dan pas bagi banyak ex-sem yang tidak kalah martabatnya. Soal sosiologis yang menilai kalau imam itu status sosialnya berbeda membuat orang tua membebani para seminaris dan frater merasa bersalah jika keluar.

Syukurku pada Tuhan atas bapak yang sederhana sebagai guru, tidak aneh-aneh di dalam pemikiran dan menjalani hidup ini. Menerima bagian apa yang Tuhan kehendaki dengan sikap terbuka. Itu aku kira yang membuat beliau bisa tetap sehat meski di usia yang tidak muda, merokok, ngopi juga.

Penerimaan sikap atas iman demikian yang membuatku mampu berjalan sekian lama dengan jatuh bangun yang tidak menjadi hambatan berarti. Air mengalir yang menyenangkan bukan semata seenaknya sendiri menyerahkan pada pihak lain untuk memegang kendali, hanya DIA yang menjadi pengendali kita. Kita berusaha dengan upaya dan doa, ada Tuhan yang akan memberikan yang terbaik.

Tuhan tidak akan pernah salah. Upaya kita memaksakan keinginan, kehendak, dan rencana kita yang membuat capek, lelah, berat di dalam menjalani. Ikhlas memang tidak mudah, bukan berarti tidak bisa. Ranah masing-masing dijalani itu menyenangkan.

Bapak dan ibu cukup lama menantikan aku lahir. Mereka menceritakan dengan gemas padaku saat kecil, namun mereka tidak pernah memaksakan diri dengan jalan yang tidak patut. Mereka ke Gua Maria, bukan meminta mukjizat, namun memohon kekuatan tetap berharap dan jika Tuhan berkenan, bukan memaksa Tuhan. Lihat betapa imannya yang sederhana itu membuatku makin kuat hingga kini. Iman yang tidak neko-neko, aneh-aneh, demi popularitas, atau demi harga diri yang tidak penting itu. Memuliakan Allah dengan caranya yang sederhana.

Saat teman-temannya mengambil kredit motor dengan potong gaji, bapak tidak tergiur, biar saja aku naik sepeda, waktu itu tentu, dan uangnya biar dipakai ponakan yang mau sekolah. Keponakan yang di sekolahkan kini datangpun tidak, pernah mengeluh? 

Tidak. Beliau berprinsip, kebaikan itu seperti orang buang air besar, usai dilakukan lega dan tidak perlu diharapkan kembalinya, jika tidak dilakukan buat perut sakit, melilit, dan tidak nyaman. Kebaikan buat dilakukan bukan untuk diingat. Selalu berulang, apa yang diberikan tangan kananmu, jangan sampai tangan kirimu tahu, itu diulang-ulang kalau berbuat kebaikan.

Ajaran-ajaran sederhana itu yang mengiringi hidupku. Rekan-rekan banyak uang jajan, bagi ibu, jajanan ada di rumah. Makan pagi itu wajib biar tidak kepikiran jajan terus pas pelajaran. Kebiasaan sepele bagi keluarga lain, beda dengan ibu yang mau bangun pagi-pagi demi anaknya.

Sesaat mau masuk seminari bapak bertanya nilai ujian SD ku berapa?

"40" jawabku singkat dan bingung....

"Misalkan bapak minta teman-teman menaikan jadi 43 gak ada yang curiga kan...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun