Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Skandal Pastor dan Tantangan Selibater

15 Juli 2020   09:25 Diperbarui: 15 Juli 2020   09:27 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Skandal Pastor dan Tantangan Selibater

Beberapa hari lalu, riuh rendah ketika ada pegiat budaya ditangkap polisi. Narasi yang berkembang, perusakan rumah dan kantor pastoran berujung bui. Padahal, konon si pelaku menuntut perlakuan yang pantas bagi pastor yang diduga melakukan pelanggaran sumpah atau kaul. Itu dari sisi pelaku.

Pada bagian lain dinyatakan, atau banyak pendukung yang meminta perusakan, kriminal, dan arogansi ya urus secara hukum. Cukup riuh rendah saling pro-kontra di dalam menyikapi satu peristiwa itu.  Konsekuensi atas demokrasi.

Sumber lain, ada yang cukup berbeda, mengatakan, jangan-jangan hanya permainan untuk iklan sebuat novel yang ia terbitkan. Kisah dalam novel ini identik dengan apa yang ia kisahkan di balik jeruji tahanan kepolisian. Masih dalam koridor yang sama ketika sisi ini damn itulah dinamika hidup dalam negara demokrasi.

Waktu yang masih bedekatan, malam-malam membuka pesan dan media sosial ada yang berkisah dengan soal yang mirip. Tahu si A, itu saya yang membuatnya dibuang ke tanah misi. Ada pacar sekian jumlahnya. Lahladah....

Dulu, dalam sebuah media percakapan, para Kners, pernah ada yang bertanya, dari pada banyak skandal mengapa tidak diperbolehkan pastor menikah. Cukup menarik, asli tidak kog kemudian ribut atau menjadi penistaan agama. Sama sekali tidak.

Sederhana saja, bagaimana di tengah keluarga, yang ada pasangan pun, suami atau istri toh masih tergoda yang lain. Artinya sama saja. Masalah bukan pada menikah atau bukan, namun pada kondisi dan kepribadian masing-masing. Toh masih banyak yang setia, saleh, dan baik-baik saja. Namanya manusia memang akan lebih terlihat yang buruk. Hal yang lumrah. Nah untuk memberbaiki kerusakan bukan dengan merusaknya, namun mengatasi sumber kebobrokan itu sendiri.

Kaul itu pernyataan sikap bukan tuntutan

Hal yang perlu disadari dan dijalani dengan sikap terbuka, rendah hati, setia, dan penu syukur. Ungkapan, bukan tuntutan. Jadi pengucapan itu bukan karena diminta namun pernyataan untuk setia, murni, dan miskin. Nah kaul, ikrar, janji itu pernyataan bukan permintaan apalagi paksaan. Lucu ketika mengatakan manusiawi kalau jatuh, lha mengapa tidak berpikir juga manusiawi ketika berkaul?

Skandal ada di mana-mana

Nah menjadi masalah itu orang, secara manusiawi itu suka berita buruk. Skandal, rumor, gosip itu sangat cepat. Dapat di pastikan di manapun tempatnya, apapun lembaga dan bidangnya, skandal itu pasti ada. Hanya beda porsi, perilaku, dan juga dampaknya.

Kebetulan Gereja Katolik masih menganut paham selibater bagi para anggota khususnya, jadi jauh lebih heboh, banyak sorotan ketika jatuh pada penyelewengan kemurnian. Hal yang spesial jelas membuat kehebohan jauh lebih tinggi. Wajar dan siap tidak menghadapi itu.

Rumor atau Iri

Hal yang sangat perlu dipahami, apalagi pihk luar yang kadang tidak paham. Lha teman Katolik saja ada yang tidak mengerti dinamika hidup membiara dipikir seperti surga di tengah dunia. Padahal sama sekali tidak demikian. Ya hidup di dunia, dengan segala problematikanya.

Kadang, orang atau umat itu membesar-besarkan kasus. Contoh, si pastor dekat dalam konteks pendampingan sebuah keluarga yang sedang bermasalah. Bisa saja itu benar skandal, namun bisa benar-benar dalam konteks pendampingan keluarga. Jangan salah, dengan dugaan, sangkaan, dna berkembang menjadi gosip,   bisa jadi si pastor seolah didoakan untuk jatuh dan jatuh beneran.

Atau pribadi yang lain bersikap yang berbeda. Mau dekat dengan pastor itu sangat mungkin, apalagi pinnter, ganteng, bijaksana pula. Nah biasanya yang model demikian ini populer, sangat mungkin banyak yang dekat. Ketika ada yang pengin namun tidak bisa kemudian berulah, dan menebarkan isu dan gosip, bisa berabe.

Jangan dikira itu sinetron, sangat mungkin terjadi. Pembuktian model demikian yang kadang menjadi masalah, ketika ada yang benar-benar skandal lama untuk dirunut. Karena kan tidak bisa gegabah begitu saja untuk menjatuhkan sanksi. Masa depan orang dan juga lembaga dipertaruhkan.

Rekam jejak

Sangat membantu sebenarnya, biasanya sejak masa pendidikan yang panjang itu semua pihak paham masing-masing orang. Apalagi angkatan, atau satu dua tingkat di atas dan bawahnya sangaat mengenl dan tahu karakter pribadi-pribadi itu. Di sanalah bukti, kesaksian, dan fakta ada ada sekian  lama terjadi. Skandal dalam  konteks yang berbeda kadarnya pasti sudah ada dan terjadi.

Tidak ada yang sekonyong-konyong berbalik arah, dari alim dan saleh menjadi mata duitan dan gila lawan jenis. Jika iya jelas pendidikan dan formationya yang salah. Ini masalah pembentukan yang perlu disoal.

Hal yang biasa terjadi, hal yang sangat wajar, namun menjadi gede karena tuntutan publik, plus pandangan yang tidak seutuhnya menjadi bias. Kedewasaan manusiawi di dalam menjalani kau atau ikrar juga menjadi penting dan menentukan, sehingga tidak terlalu memalukan lembaga.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun