Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Skandal Pastor dan Tantangan Selibater

15 Juli 2020   09:25 Diperbarui: 15 Juli 2020   09:27 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebetulan Gereja Katolik masih menganut paham selibater bagi para anggota khususnya, jadi jauh lebih heboh, banyak sorotan ketika jatuh pada penyelewengan kemurnian. Hal yang spesial jelas membuat kehebohan jauh lebih tinggi. Wajar dan siap tidak menghadapi itu.

Rumor atau Iri

Hal yang sangat perlu dipahami, apalagi pihk luar yang kadang tidak paham. Lha teman Katolik saja ada yang tidak mengerti dinamika hidup membiara dipikir seperti surga di tengah dunia. Padahal sama sekali tidak demikian. Ya hidup di dunia, dengan segala problematikanya.

Kadang, orang atau umat itu membesar-besarkan kasus. Contoh, si pastor dekat dalam konteks pendampingan sebuah keluarga yang sedang bermasalah. Bisa saja itu benar skandal, namun bisa benar-benar dalam konteks pendampingan keluarga. Jangan salah, dengan dugaan, sangkaan, dna berkembang menjadi gosip,   bisa jadi si pastor seolah didoakan untuk jatuh dan jatuh beneran.

Atau pribadi yang lain bersikap yang berbeda. Mau dekat dengan pastor itu sangat mungkin, apalagi pinnter, ganteng, bijaksana pula. Nah biasanya yang model demikian ini populer, sangat mungkin banyak yang dekat. Ketika ada yang pengin namun tidak bisa kemudian berulah, dan menebarkan isu dan gosip, bisa berabe.

Jangan dikira itu sinetron, sangat mungkin terjadi. Pembuktian model demikian yang kadang menjadi masalah, ketika ada yang benar-benar skandal lama untuk dirunut. Karena kan tidak bisa gegabah begitu saja untuk menjatuhkan sanksi. Masa depan orang dan juga lembaga dipertaruhkan.

Rekam jejak

Sangat membantu sebenarnya, biasanya sejak masa pendidikan yang panjang itu semua pihak paham masing-masing orang. Apalagi angkatan, atau satu dua tingkat di atas dan bawahnya sangaat mengenl dan tahu karakter pribadi-pribadi itu. Di sanalah bukti, kesaksian, dan fakta ada ada sekian  lama terjadi. Skandal dalam  konteks yang berbeda kadarnya pasti sudah ada dan terjadi.

Tidak ada yang sekonyong-konyong berbalik arah, dari alim dan saleh menjadi mata duitan dan gila lawan jenis. Jika iya jelas pendidikan dan formationya yang salah. Ini masalah pembentukan yang perlu disoal.

Hal yang biasa terjadi, hal yang sangat wajar, namun menjadi gede karena tuntutan publik, plus pandangan yang tidak seutuhnya menjadi bias. Kedewasaan manusiawi di dalam menjalani kau atau ikrar juga menjadi penting dan menentukan, sehingga tidak terlalu memalukan lembaga.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun