Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo, Lumbung Pangan, dan Sinergi-Kolaborasi Kabinet

4 Juli 2020   21:26 Diperbarui: 4 Juli 2020   21:47 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prabowo, Lumbung Pangan, dan Sinergi Kinerja serta Kolaborasi.

Tiba-tiba ada berita menggembirakan. Tengah kalang kabut politisasi covid, ini menyenangkan. Berita bukan soal politikus busuk lagi. Kolaborasi kinerja kabinet, belum pernah terdengar selama ini. Lah biasanya  pada cari panggung masing-masing. Tidak jarang memperlemah program pejabat yang berbeda.

Lumbung pangan, hingga kini seolah hanya istilah. Sekarang mau dibangun dan paling tidak Oktober sudah uji coba. Tahun 2022 sudah mulai berjalan.

Pangan itu kebutuhan dasar. Lihat saja satu komiditas bisa seperti roller coster, harga daging ayam dari peternak menjerit kisaran Rp. 6.000,00 kini pedagang yang ganti menjerit karena menembus Rp. 50.000,00. Harga yang sangat-sangat mencekik. Permainan yang mengerikan.

Harga bukan bahan mendasar saja bisa membuat payah. Ribet jika itu adalah bahan dasar dan pokok. Beras yang sudah menjadi kepentingan sangat mendasar, padahal makanan pokok di Indonesia sejatinya tidak hanya nasi.

Toh sudah telanjur. Susah mengubah kembali ke makanan lokal seperti dulu. Sagu, jagung, ketela, talas, dan aneka olahan karbohidrat yang kini hanya beras.

Pertahanan, era modern, cenderung permainan teknologi. Operator teknologi jelas manusia. Orang perlu  makan untuk bisa bekerja. Pertahanan kuat, jika amunisi untuk orangnya juga kuat. Era perjuangan Sultan Agung mengepung Batavia nyaris berhasil. Gagal hanya karena blokade makanan untuk prajuritnya. Lemas dan tidak bertenaga.

Kemandirian pangan, telah dicapai oleh Etiopia. Padahal pada 1980-an mereka mengalami tragedi kelaparan akut. Kehendak kuat untuk berubah membuat mereka membuka diri dan bekerja sama untuk mengembangkan di tengah kekurangan. Semua bisa teratasi.

Negara ini aneh dan lucu, mengaku Berketuhanan, bahkan dikit-dikit menista Tuhan, membela Tuhan, namun abai mencoba mengolah pemberian Tuhan. Lihat saja betapa banyak lahan kosong, tanah tidak menghasilkan, padahal ada yang subur, cukup subur, dan ada yang memang tandus. Toh ada teknologi, mengapa diam saja.

Kolaborasi antarlembaga negara, kinerja yang sinergis, harapan baik dan besar. Menteri PUPR menjamin infrastruktur bisa menunjang gagasan besar ini semua. Kerja selama ini masih ditambah terus untuk kepentingan yang satu ini. Hal yang tidak terlalu sulit bagi Pak Menteri pendiam namun banyak kerja ini.

Menteri Pertanian, jelas ini adalah pemimpin untuk mengupayakan lumpung pangan nasionnal sukses. Lha bangunan yang dikawal Menteri PUPR harus diisi, bukan seperti periode lalu-lalu hanya seremoni dan tidak ada isi dan lanjutan usai peresmian.

Menteri BUMN jelas permodalan dan tenaga teknis mereka miliki. Mereka mampu bersaing dengan tenaga dari manapun untuk mengelola dari mulai sampai akhirnya nanti. Kapasitas mereka tidak perlu diragukan. Kinerja apik mereka sudah terbukti di tangan yang tepat periode ini.

Tanah dan lahan, jelas menggunakan jasa Kementrian Desa Tertinggal dan Transmigrasi. Nah kolabrasi yang bisa memberikan harapan kebaikan bagi siapa saja. Negara menjadi pokok perhatian dan kepentingan.

Kementan jauh lebih penting, mendesak, dan memberikan porsi pada tataran ini. Apa pentingnya mengurus kalung antivirus. Lha memangnya ada trojan di sawah??? Entah sedang galau apa Pak Menteri ini.

Kerja keroyokan seperti ini, belum pernah tampil sepanjang ingatan saya paham melihat perpolitikan. Lha malah lebih banyak ribut dan ribet demi mendapatkan panggung masing-masing. Hal yang sangat menyenangkan mendengar berita seperti ini.

Cukup memberikan harapan, di tengah pembicaraan bahwa Prabowo masih berkolaborasi dengan 212 dan PA 212 untuk mengambil alih kekuasaan. Toh spekulasi di alam demokrasi adalah hal yang lumrah. Sepanjang bukan tindakan nyata perebutan kekuasaan ya silakan saja. Berbeda ketika itu sudah aksi.

Penting dipegang adalah militer dan polisi masih solid di belakang pemerintah tidak akan ada yang mampu mengambil kursi kepresidenan. Main-main dan masih sedikit-dikit mainkan narasi lain, toh masih cukup dimaklumi.

Kerusakan 32 tahun era Orde Baru dan 10 tahun masa lalu dalam pembiaran itu bukan barang mudah menjadikan negara maju dengan pesat. Ditingkahi demokrasi di tengah alam berbangsa yang masih latihan, yang ada adalah benalu dan ribut melulu.

Coba banyak gagasan dan ide dilakukan dengan keroyokan, gotong royong, dan kebersamaan. Woooh maju nian bangsa ini. Yang terjadi selama ini adalah aku-partai-golonganku dapat apa. masalah masyarakat dan negara dinyatakan menjelang pemilu, bukan dipikirkan, hanya dinyatakan. Semata pernyataan.

Bendungan sampai puluhan tahun, sumur minyak bertahun-tahun tidak ada. Mengapa? Dihambat justru oleh orang-orang yang ada pada tataran elit. Ditakut-takuti karena mental calo yang berbicara. Mendominasi elit kita adalah para calo yang hanya mencari receh untuk diri dan kelompok. Benalu dan virus bagi negara ini.

Sebelum berita menggembirakan ini, telah didahului ontrak-ontran di lembaga dewan, di mana petinggi BUMN diperlakuan dengan kasar. Ujung-ujungnya mau ikut bagi CSR. Lha kan malak dan urusan bagi-bagi angpao saja. Keroyokan dalam ranah ini sudah terjalin sekian lama.

Gotong royong dalam bagi-bagi proyek dan menyembunyikan kejahatan itu juga sudah berjalan berpuluh tahun. Kini, ada kerja keren di dalam kendali Presiden Jokowi tentu saja. Harapan menjadi besar makin jelas di depan mata.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun