Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ustad, "Anak Kardinal", Lulusan Injil Vatican School, Gereja Jangan Diam

2 Juli 2020   20:28 Diperbarui: 2 Juli 2020   20:21 2489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan lain, teologi atau perbandingan agama. Ini lagilagi lebih ngaco, teologi bukan perbandingan agama. Teollogi Ilmu mengenai Tuhan, bukan perbandingan agam. Jauh banget sebenarnya. Hanya memperlihatkan ketidaktahuan.

Enam, beasiswa gereja ke Roma, Vatikan, usia dari Undip. Jalur pendidikan ke Roma, hanya bisa ditempuh usai sarjana filsafat-teologi dari seminari-seminari di Indonesia. Itu lewat ordo-tarekat, keuskupan. Ia jelas tidak tahu hal itu mengaku dari Undip dibeasiswa gereja ke Roma. Kemungkinan sangat-sangat kecil.

Tujuh, Bangun Samudra dulu mengaku lulusan S3 Vatikan, sudah ramai-ramai dibantah dan dinyatakan di Vatikan tidak ada kampus. Benar kampus adanya di Roma, luar Vatikan, mengapa masih ada klaim berulang?

Orang tidak akan kaget, kagum, dan menjadi besar jika hanya mengaku lulusan Roma, sangat sekular, berbeda makna ketika mengaitkan dengan Vatikan. Ada unsur sentimen agama terbawa ke sana.

Delapan, masih banyaknya orang yang mabuk dengan agama, sehingga dengan mudah menggunakan agama apalagi pindah agama untuk menjadi tokoh di tempat lain. Sangat  bisa dipahami ketika beragama belum mencapai esensi kemanusiaan, hanya sebatas label dan cenderung memisahkan dengan mencari-cari perbedaan.

Sikap Gereja pasti sangat mungkin menilai hal yang sangat tidak penting. Tidak akan memberikan tanggapan. Namun sangat perlu ada sikap resmi untuk mengatakan kebenaran. Mengapa? Gereja jangan ikut membiarkan kesesatan dengan model demikian. Ini sudah kesekian kalinya.

Tentu bukan  dan tidak harus KWI, bukan kapasitas mereka, namun ada pernyataan dan sikap resmi ang dinyatakan oleh minimal pastor mengatakan klarifikasi, bagaimana pendidikan, jenjang imamat, dan bahkan mana yang ngibul atau tidak itu bisa dideteksi dengan mudah.

Penipuan dengan mengaku pastor itu banyak dan biasa.  Cinta kasih itu memberikan kesempatan dan pengampunan, namun bukan berarti membiarkan kejahatan merajalela pula. Gereja memang tidak terpengaruh dengan kata-kata orang, namun memberikan pencerahan itu juga penting.

Bagi rekan-rekan Muslim. Bukan bermaksud merendahkan, namun jauh lebih baik jika belajar ya pada guru, ustad, dan kyai yang jelas belajarnya. Ini tentu bukan soal agama, namun cara beragama yang tidak tepat.

 Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun