Jangan mengatakan itu sesuai tupoksi. Benar di lembaga dewan itu mandiri, otonom, dan imun, tetapi ketika itu melanggar kepantasan. Semua jelas gugur, apalagi malah salah pula. Sikap AHY Â sangat penting karena menjual citra diri sebagai pemimpin muda. Salah bersikap, apalagi hanya diam saja, ya sudah salah perpisahan untuk 2024. Tidak ada lagi nama besar Demokrat.
Apa yang ditampilkan M. Nasir itu memalukan, bukan malah membanggakan. Jangan sampai kembali terulang perilaku ngawur Demokrat yang tidak berujung pangkal yang membuat lubang makam sendiri. Ini bukan hanya sekali dua kali malah berkali ulang.
Mendiamkan bisa diartikan setuju dengan perilaku demikian. Miris jika publik melihat Demokrat sekarang menjadi partai ugal-ugalan, kan dulu katanya santun. Mana ada santun memarahi mitra kerja dengan menggebrak meja sekalian.
Atau malah membenarkan rumor, lha memang cenderung benar, kalau belum ada deal-deal khusus sebelum pertemuan sehingga kondisi menjadi panas. Ini tentu bukan hanya masalah Demokrat, namun semua parpol dan ujungnya adalah negara.
Apa yang terjadi itu memperlihatkan kualitas anggota dewan yang hanya asal-asalan. Subsidi paling gede itu bukan untuk  rakyat, namun untuk anggota dewan. Bayangkan saja lima staff itu yang bayar negara lho. Berani duit hanya untuk satu anggota dewan. Padahal maaf demi mengganjal kebodohan dewan negara harus menggaji lima orang. Kasihan staff ini yang pasti lebih pinter dan jago harus mengajari anggota dewan yang maaf bloon. Susah lho orang kurang tapi kuasa diajari.
Sikap diam-diam memberikan teguran juga tidak elok, memperlihatkan sikap AHY peragu, penakut, dan tidak berani bersikap bisa menjadi bumerang. Sikap tegas, keras, dan lugas itu penting, sehingga orang bisa melihat AHY sebagai seorang pemimpin yang jelas. Jangan sampai persepsi selama ini menadapatkan afirmasi kalau benar, AHY bayang-bayang saja.
Satu hal lagi, jangan sampai SBY yang bersuara. Jika demikian, hanya makin membuktikan kalau AHY tidak bisa bekerja. Hanya semata boneka dan nama di dalam kertas. Ini bukan kampanye yang baik. Malah makin buruk bagi citra pribadi dan juga partai.
AHY tidak perlu marah, namun bersikap dengan proporsional, teguran keras, dan pernyataan yang tegas, bahwa itu bukan pendapat partai namun hak anggota dewan. Yang berlebihan sudah diberikan teguran dan menjadi perhatian ke depan.
Kalau sampai memilih mendukung M Nasir dengan dalih itu hak otonom dewan, ya sudah selesai Demokrat. Hanya sempat dua kali berjaya dan kemudian terlupa. Menanti sikap AHY, paling mungkin adalah diam saja. Mengandalkan politik lupa.
Terima kasih dan salam