Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mulut dan Perilaku Jangan Jadi Teror bagi Anak dan Sesama

1 Juli 2020   20:40 Diperbarui: 1 Juli 2020   21:34 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang sebaiknya dilakukan untuk menyikapi jadi teroris bagi sesama?

Memikirkan terlebih dahulu baru berbicara. Basa-basi itu  boleh dan baik-baik saja, namun yo lihat dulu mana baiknya, bukan malah  menjadi bumerang. Maunya menjalin komunikasi eh malah menimbulkan luka batin pagi pihak lain.

Melihat orang bukan sebagai diri kita, namun pribadi berbeda yang memiliki pemikiran lain pula. Anak sendiri sekalipun bukan kita kan? Ini perlu kesadaran agar tidak menciptakan luka-luka baru bagi siapa saja.

Sikap tidak peduli, cuek, itu kadang juga penting. Prinsip yang penting adalah bagaimana kata orang itu belum tentu benar dan pas. Mereka hanya tahu satu sisi, padahal hidup ini multidimensi. Sepanjang tidak merugikan siapa-siapa mengapa harus takut berbeda dengan kata tetangga atau orang tua sekalipun.

Mereka juga tidak memberikan makan, tidak akan menyelesaikan kalau ada masalah, dan juga mereka tidak akan ikut membayar hutang kita. Apakah mengikuti kata mereka kemudian puas begitu saja dan selesai? Tidak. Akan timbul pertanyaan, pernyataan, dan keinginan baru lagi.

Tidak akan mampu menyenangkan semua orang dan semua keinginan pihak lain. ini perlu dicamkan, agar hidup bisa lebih ringan. Sepanjang sesuai dengan apa yang kita rancang ya jalani, jika tidak mengapa harus memaksakan kehendak untuk menyenangkan pihak lain, termasuk orang tua sekalipun.

Kadang orang tua yang gagal akan memaksakan anaknya untuk menebus kegagalan tersebut. Bisa berabe bagi anak yang kebetulan bersikap memberontak. Jika anaknya penurut juga bisa masalah, tekanan batin. Hal yang kadang tidak disadari. Padahal anak adalah pribadi otonom, bukan pengganti atau malah aset bagi orang tua.

Belum tentu anak yang baik-baik saja di luar itu baik juga di dalam. Hal yang kadang tidak disadari dan dijadikan pemikiran atau pertimbangan bagi orang tua dan lingkungan di dalam bersikap.  Membandingkan dengan orang tua, keluarga, atau tetangga adalah perbuatan yang paling kejam bagi anak.

Pentingnya kesadaran juga adalah, bahwa kita tidak akan bisa memproteksi apa kata atau sikap orang. Penerimaan atas sikap itu yang penting. Sepanjang memang tidak baik bagi kita abaikan, anggap saja tidak penting. Jangan takut dikatakan arogan, ya melindungi diri ittu penting, siapa yang akan melindungi kita, jika bukan diri sendiri.

Terima yang baik-baik saja dan tinggalkan yang buruk di luar. Jangan izinkan kata, sikap, dan pilihan buruk merusak hidup kita. Itu semua dalam kendali kita.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun