Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Benarkah Kangmas Jokowi "Cupir Pesta" Ical?

28 Juni 2020   15:28 Diperbarui: 28 Juni 2020   15:21 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benarkah Kangmas Jokowi  Cupir Pesta Ical?

Arief Puyuono kembali berulah, ia mengatakan jika kasus Jiwasraya adalah perilaku "berpesta" Abu Rizal Bakrie dan Kangmas Jokowi bagian cupir atau cuci piring. Dulu, ketika hidup dalam asrama, bagian cupir pas pesta, bisa tahun baru atau pesta lainnya itu paling berat. Tidur paling lambat karena harus benah dulu. Yang dicuci juga lebih banyak.

Dua, tiga istilah yang lucu dan  menggelikan dipilih Puyuono. Itu bisa membuat panas dan berang pihak-pihak yang biasanya barengan dan kini berseberangan dan bahkan kena sengat.

Pertama, panggilan kangmas. Ada unsur dekat, intim, akrab, penghormatan lebih dan hangat. Tidak hanya mas, namun kangmas. Penghormatan spesial, padahal kan pada kubu lawan selama ini. malah memilih kata yang membuat panas sesamanya. Usai menyerang kadrun dengan kata kangmas juga. Ini pengulangan, jelas ada maksud.

Mas saja sudah membuat panas, ini malah kangmas. Upaya yang membuat mendidih, bagaimana kemarahan Habiburohman soal kadrun dan PKI kemarin, toh menguap. Makanya ia berani mengulang dengann konteks yang berbeda.

Cuci piring, hal yang sangat umum sih, bagaimana pemimpin yang meneruskan kepemimpinan yang gagal itu diistilahkan cuci piring usai pesta. Toh tidak cukup sering, memang pernah dikatakan. Memilih hal yang cukup keras dan sadis juga sih. Bagaimana pemimpin yang bertugas untuk menanggung atas perbuatan pihak lain.

Pesta, jelas mau menggambarkan bagaiamana perilaku masa lalu yang gemar melakukan apa saja demi kepentingan diri, kelompok, dan mereka sendiri. Negara hanya menjadi panggung untuk mengeruk apa saja yang bisa diambil.

Mengapa Ical? Konteks JS ya memang nama ini yang ada kaitan. Toh ada pihak lain. cerdik pemilihan Puyuono menyoal Abu Rizal. Ada pihak lain yang sudah sejak awal disentil. Mengelak, dan tentu ribut. Mengapa Abu Rizal.

Pertama, Abu Rizal sasaran cukup telak dengan hal ini. Rekaman masa lalu satu demi dibuka. Keterkaitan sangat mungkin ada. Kasus ini bukan hanya satu-satunya. Puyuono tentu tidak mau gegabah untuk sekadar menuding.

Kedua, SBY dan Demokrat yang juga banyak disebut, Puyuono tidak sentil. Menjaga karena ia pernah "bertikai" soal AHY sekelas dandim. Pun, posisi Demokrat dalam pusaran Jiwasraya sudah banyak dikupas tuntas. Tentu tidak menguntungkan bagi perpolitikan Puyuono dan partainya.

Ketiga, jaringan Abu Rizal tidak sekuat pihak lain. Lihat saja selama ini tidak ada bantuan oleh Golkar sebagai partai yang pernah di dalam kendali Ical. Hanya pihak-pihak tertentu yang ditengarai ada kaitan dengan Ical. Toh hanya desas-desus, tanpa ada tindakan lanjutan. Beda jika menyebut nama lain. Pengikut dan  pembela mereka jauh lebih militan dan mengerikan.

Apakah Hanya Pesta Ical?

Tidak juga. Jokowi benar-benar cuci piring dalam konteks yang amat luas. Tidak semata piring gelas, amun juga periuk, wajan, kuali, bejana, dan tetek bengek lainnya. Pesta ugal-ugalan masa lalu dengan segala kondisi dan keadaannya.

Pembiaran, bagaimana JS ini bukan kasus satu-satunya. Ke mana BPK dan OJK jika berkaitan dengan keuangan. Catatan BPK yang baik-baik itu ternyata amburadul. Berapa saja pemerintah daerah dan kementrian diberi label WTP tetapi tidak lama kemudian ketangkap tangan KPK, tangkap tangan lho, bukan hanya pengembangan kasus. Ini serius.

Evaluasi yang lemah. Jangan bicara soal  pengawasan. Lha evaluasi saja seolah tidak ada. Soal Jiwasraya BPK pernah mengatakan ada kesalahan. Lha mereka di mana selama ini? 

Jangan bicara periode lama, bukan kami. Bekerjalah sebagai lembaga bukan orang per orang. Ketika dulu ada kesalahan, ya tuntutlah, bawa ke meja hijua. Ini zaman internet, rekam jejak begitu mudah diakses, jangan bicara seolah zaman batu.

Prosedural mengalahkan kebenaran yang hakiki. Sepanjang prosedur sudah dijalani, meskipun ada kesalahan di sana dianggap benar. Sistem padahal tidak demikian jika mau profesional. Ini mengelola negara seperti mengelola rukun warga secara amatiran dan karena tetangga sendiri ya sudahlah. Utang asal dikembalikan, mau berapa lama juga tidak apa-apa. Uang dari  ngutang juga lagi.

Tahu sama tahu, mirisnya kadang malah saling sandera karena memang banyak berkasus. Pilhak atau lembaga ini diam saja karena juga menyimpan borok dan bobrok yang sama parahnya. Hal-hal demikian yang membuat susah dikendalikan dan diperbaharui.

BPK malah diisi kebanyakan orang agal menjadi anggota dewan. ironis, bagaimana kepercayaan kepada dewan oleh publik itu sangat rendah. Mereka ini kebanyakan gagal dalam calonan, dan malah naik kelas dengan sangat ekslusif dalam menjaga keuangan negara. Sejatinya bukan hanya BPK, lembaga lain juga demikian. orangnya itu lagi itu lagi. Mekanismenya yang harus diubah.

Kerja keras mencuci piring masih jauh dari hasil akhir. Terlalu banyak piring kotor, eh sabun minim, air crat-crit, dan tenaga habis terkuras masih mengurus para tikus yang tidak takut menjilati piring yang mau dicuci.

Energi Kangmas Jokowi memang luar biasa. Seolah sendirian di dalam mengatasi piring kotor dan tikus yang mengotori piring, plus para pestawan yang mau kembali berpesta. Jam pesta sudah usai tapi masih banyak yang ndlosor karena kekenyangan enggan pindah.

Terima kasih dan salam

Susyharyawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun