Kemarin, demo yang lagi-lagi seperti minuman ringan, ujungnya Jokowi turun, membawa drama berkepanjangan. Ada peserta yang membakar bendera PDI-P dan videonya dengan cepat menyebar. Susah mau mengatakan ini sengaja atau tidak. Yang pasti bahwa para 'pemangku tanggung jawab" demo sudah membantah tahu dan mengakui itu bagian dari mereka.
Entahlah manusia Indonesia itu makannya apa, mabuk agama, politik pula. Dikit-dikit demo katanya membela Pancasila tapi lima sila saja tidak hapal. Eh malah ada pembakaran bendera PDI-P, padahal konon menentang PKI. Kan lucu dan tidak nyambung.
Wajar ketika para elit penanggung jawab acara langsung ramai-ramai merasa tidak tahu, tidak melihat, dan nantinya paling juga akan mengatakan penyusup, bukan kami, Â dan sejenisnya. Hal yang sangat biasa, toh bukan kisah pertama kali model demikian. Ingat kisah Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani, dan juga Buni Yani.
Megawati selaku Ketua Umum PDI-P sudah bersikap. Hal yang memang bisa menjadi simalakama. Tetapi jika melihat petinggi dan penanggung jawab sih tidak akan menjadi masalah berlebihan. Satu sisi lepas tangan, dan polisi masuk untuk penegakan hukum semestinya.
Beberapa kemungkinan bisa terjadi,
Demo ini jelas ada pemesan. Siapa saja mereka bisa siapa saja. Yang pasti penyuka isu Komunis, PKI, dan memang menyasar PDI-P, beberapa saat terakhir kan memang santer demikian. kepentingan pemodal ini sangat mungkin berbeda dengan penanggung jawab lapangan apalagi pelaku di akar rumput. Mereka masing-masing memiliki agenda, dan kebetulan bisa bersama, itu saja.
Wajar bahwa mungkin ini benar mereka tidak tahu, ingat mungkin, bisa juga mereka tahu mau cuci tangan, atau memang benar-benar tidak tahu. Ingat poin pertama. Kepentingan demi kepentingan yang ada bersama-sama. Sangat mungkin demikian terjadi.
Pelaku demo yang meneriakan bela Pancasila toh tidak tahu Pancasila itu belum tentu sama persis dengan pemodal, pun dengan pelaku yang di jalanan itu. kepentingan apapun sangat mungkin dalam kondisi politik dan demokrasi yang seperti ini.
Penyusup pun mungkin. Lagi-lagi ini bisa siapa saja. Maunya apa? Nyari makan, memperkeruh suasana, dan kemungkinan siapa mereka, sama juga pokok bukan Jokowi presiden, ini dapat siapa saja yang kepentingannya terganggu. Krannya mampet.
Jika pembakar itu sangat mudah bagi polisi untuk mengusut dan mengurusnya. Namun sangat tidak cukup, mengapa? Keterlibatan banyak pihak, sayangnya, ini pasti model agen terputus. Tidak ada yang tahu siapa-siapa di atas mereka. Pelaku lapangan mana tahu yang membuat mereka datang. Perekrut ini pun diam-diam tidak mau mempertontonkan diri.
Minimal, siapa yang membawa ke media sosial sehingga menjadi ramai dan riuh rendah. Ini penting, agar masyarakat juga dididik untuk taat azas dan bertanggung jawab. Belum lagi jika tertular covid-19. Negara lagi yang diminta menanggung itu semua?