Maka, ketika orang dengan akun lain, baik fake, tuyul, atau hanya becanda, ketika nulis panjang akan ketahuan. Mereka biasanya akan main aman dengan tulisan-tulisan pendek ala status medsos. Jika model demikian susah dideteksi. Nah ketika cara mengada demikian susah diubah, pun cara dalam berinteraksi, pun menulis sangat susah diubah. Kecuali kesadaran dan motivasi sendiri.
Membaca dan mengulik cara penulis atau pelaku media lain itu baik. Namun sangat mungkin terjadi ada dua. Satu ketakutan sehingga tidak berani menuangkan gagasannya. Sangat mungkin, apalagi bagi pemula. Jika kesadaran poin-poin di atas belum sepenuhnya dipahami dan dihayati.
Dua, memotivasi untuk menyamai dan bahkan lebih baik lagi. Ini yang layak diupayakan. Lha apa iya bisa dan bener memotivasi? Susah juga jika keadaan psikologisnya lemah. Bagus membaca-baca  penulis lain, menuangkan gagasan, bagaimana membangun komunikasi, dan seterusnya.
Berinteraksi sama tinggi. Jika merasa diri rendah, bisa tidak berkembang. Ini bukan dalam arti tidak tahu diri atau minder, namun menempatkan diri setara. Belajar itu tidak harus ketakutan dan minder juga lah. Menempatkan diri setara tidak akan mudah diombang-ambingkan pendapat di dunia maya yang serba ada itu.
Tidak pula menempatkan diri lebih tinggi. Jika demikian kecenderungan menghakimi, menilai pihak lian lebih baik atau buruk, atau mengatur untuk ini dan itu. Ini adalah kecenderungan manusiawi yang adalah kodrati. Kesadaran untuk sama-sama itu menekan ego sehingga bersikap toleran.
Mau merendah atau meninggikan diri itu bukan soal benar salah, namun bagaimana hidup bersama itu dibangun. Toh itu style atau gaya juga. Soal penerimaan tentu komunitas itu yang akan menilai dan menentukan.
Semua itu perlu proses. Ada yang panjang ada yang singkat. Ada yang dengan kehebohan dan viral kemudian hilang, namun ada pula yang pelan-pelan namun pasti. Siapa yang menentukan adalah diri sendiri bersama komunitas yang digeluti. Susah jika sudah merasa besar di tempat lain dan kemudian juga merasa akan mudah menjadikan medan baru sama dengan yang pernah diperoleh.
Biarlah mengalir ke mana air mengalir, sama juga dengan tulisan dan keberadaan diri. Tulis apa yang mau ditulis, jadi diri sendiri dan ketika benar apa yang pihak lain katakan, sepanjang mampu diperbaiki, kalau tidak ya tidak usah memaksakan diri untuk ikut asihat itu.
Namanya media sosial, socius, berakar kata kawan, ya jalin pertemanan, bukan malah menjadikan kawan sebagai lawan tanding atau malah mencari lawan untuk kepuasan diri. Semua memiliki jalan dan muara masing-masing.
Terima kasih dan salam
Susyharyawan