Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politisasi, Media Belajarlah, Ibadah Kog Marah

30 Mei 2020   11:14 Diperbarui: 30 Mei 2020   11:17 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tugas mencerdaskan abai media lakukan dan perankan. Mencerdaskan hidup berbangsa. Lha yang membuat panas dan orang bertidak anarkhis, mengeroyok pemuka agama atau pemuka lingkungan sedikit banyak juga para pelaku media yang mewartakan dengan berita-berita sumir, tendensius, dan memberikan pemahaman yang tidak jelas.

Paradigma, berita buruk adalah berita baik kog sudah saatnya ditinggalkan. Zaman makin maju, pilihan semakin banyak, dan inilah norma dan normal baru yang perlu dicapai bahkan ditingkatkan.  Benar bahwa bombastis itu akan menarik, toh jalan sunyi bisa ditempuh, membangun karakter hidup bersama sebagai bangsa yang bermartabat.

Seharusnya malu kepada para pelaku media, terpidana pelanggar UU ITE ketika kini marak membuat konten separo fakta, bahkan ada yang sepenuhnya adalah hasutan tanpa dasar hanya mengandalkan meterai. Bagaimana pertanggungjawaban moral kalian pada keluarga rekan-rekan yang masuk bui itu?  Mereka satu barisan lho. Miris ya dengan teman saja tega apalagi yang dianggap lawan?

Apa iya, bangga, senang, ketika menuliskan lurah dikeroyok massa karena menegur ibadah secara massal, padahal sedikit banyak itu juga berasal dari perilaku kawan mereka di dalam menuangkan judul dan tulisan penuh provokasi.

Pembaca memang akan menimbang, memahami, ke mana arah dari pemilik media tertentu ketika membaca warta. Namun apa banyak anak bangsa ini yang mau susah payah begitu? Jangan salah pelaku-pelaku instan ini juga kadang penulis di Kompasiana, pemahaman mereka sangat terbatas.

Penegakan hukum sangat susah, karena nanti akan dibawa-bawa pada ranah agama dan politik. Padahal jelas-jelas itu pelanggaran hukum. Mereka memang ada pada sisi untuk membawa kerumitan dalam bernegara ini. Pemerintah tersandera oleh kepentingan orang dan kelompok ini. Berisik yang membuat energi habis tidak berguna.

Suka atau tidak, kondisi tidak jelas ini harus dilalui, dan badai pasti berlalu. Semua sedang menuju kepada kestabilan, sabar dan penuh harapan  untuk mendapatkan tatanan baru akan segera hadir. Sikap tanggung jawab, ksatria, dan penuh pertimbangan akan menglahkan panglima itu bernama uang.

Kini, uang masih menjadi segalanya, dan pada waktunya orang akan menyadari, benar uang penting namun bukan segalanya. Mengbdi uang dan mengalahkan kebenaran nantinya akan tersingkir. Masih berproses menuju ke sana.

Beribadah itu sumarah bukan malah marah. Ketika ritual mengalahkan akal masih menggejala ya memang masih harus diterima dengan lapang dada. Ada waktunya orang bisa dengan penuh kesadaran untuk hadir tanpa perlu memaksakan kehendak dan dipaksa pula. Ini semua hanya sementara.

Terima kasih dan salam

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun