5 Simalakama 22 Tahun Reformasi
Beberapa hari lalu tepatnya 22 tahun reformasi terjadi. Â berbagai hal memang membanggakan dan membahagiakan, toh masih banyak perilaku sebaliknya yang terjadi. Salah satu yang menggembirakan adalah pemilihan presiden, wakil presiden, gubernur, bupati dan walikota secara langsung. Tidak lagi kalah dengan pilihan kepala desa. Toh di balik itu juga muncul ironisme. Apa saja bisa diihat sebagai berikut.
Suka aatau tidak, ini juga dampak eforia atas kungkungan masa lalu yang demikian otoriter, tangan besi, semua terkendali dalam satu kekuasaan mutlak dengan mengatasnamakan konstitusi. Teror dengan kata-kata komunis dan Antipancasila sangat mencekam. Siapa yang berani dengan label yang sangat mengerikan itu. Tujuh turunan akan merasakan ngilu atas cap komunis.
Masa reformasi masa harapan itu, sayang malah terganjal dengan perilaku tamak politikus masa lalu yang terbiasa makan enak, kenyang, dan perongrong kekayaan negara yang luar biasa banyaknya. Mereka ini yang ingin kembali makan enak gratis pula. Fakta yang perlu disadari dulu.
Faktor berikut adalah kelompok yang mau mengganti ideologi. Mirisnya lagi, mereka ini mengulangi dengan jargon komunis dan menjadikan demokrasi sebagai dalih namun sejatinya memunggungi demokrasi itu sendiri. Selalu berteriak demokrasi tetapi inti apa yang mereka lakukan sebaliknya.
Kondisi dua hal politik tamak dan mabuk agama ini jelas dimanfaatkan kelompok-kelompok masa lalu yang terhentik ladang subur mereka, kepentingan luar negeri yang terbiasa mengeruk dengan murah karena hanya perlu menyuap beberapa elit, kini harus bekerja sesuai dengan kaidah ekonomi yang semestinya.
Wajar jika reformasi seolah menjadi repotnasi. Sering kejadian demi kejadian itu polanya identik. Demo Mei, September, dan eh lah pandemi kog juga sama. Istri tentara ribet di medsos, tokoh agama berulah, militer masa lalu mogol ribut, dan ujung-ujungnya adalah Jokowi mundur. La ndhasmu buat apa pemilu Ndhes??
Ruslan Buton yang mengirim surat terbuka untuk Jokowi-KHMA mundur, apa kapasitasnya coba? Jika memang ia adalah pemimpin massa yang cukup, ya ikutlah pilpres kemarin. Mengapa usai pemilu baru mengatakan akan ada revolusi? Ada siapa di belakang itu? Tentu kelompok di atas.
Tedengar pula seorang istri anggota TNI yang mengatakan harapan semoga pemerintah tumbang. Seorang istri prajurit, yang membawa suaminya ke dalam bui. Ini serius, bukan sekadar. Ada dalang yang menggerogoti militer melalui istri mereka. Ingat kisah tahun lalu banyak militer masuk bui karena istrinya bermedsos dengan tidak patut.
Simalakama reformasi.
Pertama, kebebasan pers, berpendapat, dan bersuara memang dijamin dengan dan dalam UUD bahkan. Miris ketika orang tidak taat azas, aturan, dan kemudian berdalih atas nama kebebasan bersuara. Lihat saja apa yang terjadi betaa banyak perilaku ugal-ugalan dan  tidak jarang adalah fitnah. Pelaku pun bisa siapa saja, mulai dari yang elit seperti Fadli Zon, Said Didu, dan banyak laigi.