Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jansen Sitindaon dan Tantruman ala Demokrat

19 Mei 2020   09:12 Diperbarui: 19 Mei 2020   09:12 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komunikasi massanya juga buruk. Lebih cenderung menggunakan media sosial plus menghajar pemerintah. Lagi-lagi perbuatan sia-sia, sama juga memukul tiang beton dengan tinjunya sendiri. Tangannya patah, tiangnya masih berdiri tanpa ada pengaruhnya. Alias rugi sendiri.

Perilaku Jansen ini sebagai pribadi tentu tidak ada masalah, ungkapan hati sebagai keluarga besar yang mengalami sakit seperti itu, namun ketika berbicara ia adalah seorang elit partai politik, pernah berjaya dan pengin balik lagi, tentu miris.

Warna Demokrat yang masih begitu-begitu saja. Main dua kaki. Ini sih DNA susah diperbaiki. Kemarin, ketika AHY turun barak dan menjadi politikus ada harapan, ternyata ideologi main dua kaki masih tetap saja. Makin tidak ada harapan baik/

Main politik korban terutama untuk keluarga dan kerabat. Dulu hanya lingkaran SBY kini menurun pada AHY dan diikuti oleh elit lainnya. Seperti virus menular tantruman dan baperannya. Miris sebenarnya sebagai Demokrat nama saja. Pola kuno, mirip feodal malahan.

Ikut-ikutan gaya oposan asal oposisi. Melakukan penghinaan dan pelecehan pada pemerintah dan pribadi Jokowi. Rugi. Mengapa?

Posisi Jokowi itu cukup kuat, karena keberadaan dirinya yang memang fokus pada kinerja dan rancangannya. Ini susah digoyahkan. Jika mampu membuat pengaruh, Demokrat bisa kalah saing karena demikian banyaknya pihak yang menyasar Jokowi, apalagi jika tidak memberikan hasil yang cukup besar.

Sudah cukup bukti permainan politik model itu gagal. Buat apa dilanjutkan terus. Ada cara lain yang jauh lebih elegan dan ikut membangun bangsa. Mosok oposan harus merusak pembangunan kan aneh dan lucu sejatinya.

Memainkan politik dan narasi pemerintah gagal, salah, dan perlu diturunkan. Lagi-lagi tema basi yang tidak akan memberikan peluang, malah menciptakan militansi pembelaan sama buruknya dengan para pengusung penggantian. Janganlah terlibat dalam membuat opini publik makin menguat kutub-kutubnya.

Sayang jika generasi muda sama saja dengan  para angkatan tua di dalam memainkan isu dan membesarkan partai politik. Pandemi ini sangat mungkin menjadi iklan murah demi 2024. Memang harus kerja keras sekaligus cerdas untuk mendapatkan sudut permainan yang khas.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun