Ini ranah private bukan ranah parpol. Yang disoroti itu AHY sebagai bapak yang mungkin abai, bukan Demokrat atau ketum Demokrat, lha kebetulan kog ketum parpol. Tidak salah sebenarnya ketika pengurus partai ramai-ramai memberikan dukungan, tetapi menjadi lebay dan aneh saat lebih dominan politis dari pada keadaan yang awalnya.
Membaca Arah Masa Depan Demokrat
Susah melihat mereka bisa kembali menggeliat dengan model membuat citra partai model demikian. berkali-kali saya tuliskan dengan membenturkan diri pada Jokowi itu bukan pilihan cerdas dan bagus. Konteksnya salah. Tidak ada kesalahan fatal yang bisa menjadi pintu masuk menyerang secara frontal kepada pemerintah.
Hal-hal yang sangat lemah dan cenderung bisa menjadi sasaran tembak namun mereka tidak berani karena akan memercik muka sendiri. Korupsi, bagaimana semua juga paham, kalau mereka berani mengtuk pemerintahan soal korupsi muka mereka sendiri yang terlumuri kotoran. Keadaan yang sangat memalukan, karena banyak mantan elit partai mereka masih ada di dalam  penjara dengan kasus korupsi.
Kabinet gak karuan kinerjanya, seperti diteriakan banyak pihak. Lagi-lagi lebih parah karena kabinet era Demokrat antrimasuk penjara. Susah membersihkan diri soal korupsi dan kabinet.
Intoleransi. Sama juga, bahkan akar ugal-ugalan inteloransi juga ada pada masa pemerintahan mereka. Mereka pasti berhitung soal ini. Artinya mereka juga paham kalau ini bisa menjadi bumerang. Toh selama ini mereka juga berasyikmasyuk dengan pelaku intoleran.
Soal lock down sejak awal jelas seperti apa narasi pemerintah, bagaimana reaksi dan aksi oposan. Jelas dengan gamblang bahwa yang dinyatakan AHY dalam tugas puterinya ini cenderung lebih politis dari sekadar tugas. Ketika ada tanggapan, mengapa langsung menyasar Jokowi?
Aneh saja, AHY ini hanya dengan Sandiaga Uno saja dipecundangi dua kali, langsung dalam pilkada, tidak langsung dalam pemilihan cawapres di internal koalisi mereka. Artinya, kejauhan jika mau menyasar Jokowi.
Pelaporan kepada kepolisian terhadap Denny Siregar ini bisa menjadi blunder yang parah. Bagaimana tidak, belum juga dalam hitungan tahun, SBY baru saja meledek Jokowi dengan mengatakan tidak pernah  memidanakan rakyat sendiri. Lagi-lagi memang netizen julid, dibongkarlah bahwa beberapa kali SBY sendiri membuat pelaporan. Padahal Jokowi sekalipun tidak pernah datang ke polisi.
Sangat mungkin yang dilakukan anak buahnya juga akan dilaporkan oleh pihak-pihak yang tidak terima. Ini bisa membuat makin kalang kabut bagi Demokrat. Kapan membangun jati diri dan ideologi partai kalau hanya ribut pada kasus-kasus yang tidak jelas dan mendasar.
Pola lama, menjual derita, plitik korban. Tidak perlu lagi diulang-ulang. Kebetulan SBY dulu menang dengan cara itu, tapi beda kondisi, beda konteks, dan lain keadaannya. Bangunlah citra  kinerja, prestasi, bukan sensasi.